Rabu, 20 Januari 2021

DIARY GURU “NDESO”



Hari ini saya mau mencoba mengumpulkan kepingan kisah selama belasan tahun menjadi guru. Mencoba merangkai kembali pengalaman yang telah tertulis dalam kenangan, ada kisah sedih, gembira atau menggelikan yang telah saya alami.

 

Menjadi guru sebenarnya bukanlah sebuah “mimpi” masa kecil saya. Sejak kecil memang tidak memiliki cita-cita yang pasti. Ketika melihat seorang pedagang yang sukses, kaya raya, dalam hati ingin menjadi pedagang. Di saat yang lain, ketika melihat petani yang memiliki sawah yang luas dan hewan ternak yang banyak, seketika dalam pikiran saya terbersit keinginan menjadi petani. Dan pada akhirnya, garis hidup yang harus dijalani “memaksa” harus menjadi guru.

Semua tentu sudah sepakat, guru adalah profesi yang mulia. Terlepas apa statusnya, pegawai negeri, honorer, guru bantu atau guru yayasan, atau guru apalah namanya. Semua tetap posisi yang penting dalam dunia pendidikan. Semua status tadi adalah atribut dunia semata yang kelak di akhirat hakikatnya tidak akan memiliki perbedaan. Pada awalnya, menjadi guru di kampung yang kecil yang jauh dari keramaian bukanlah posisi yang menyenangkan. Perjalanan waktu yang akhirnya menumbuhkan kesadaran saya, bahwa semua harus dijalani dengan sepenuh hati dan ikhlas.

*****

Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda, tempat saya mengajar selama ini, yang lokasinya berada di sebuah desa kecil. Desa Pakisaji Kecamatan Kalidawir, Tulungagung bagian selatan. Desa yang menyimpan banyak kenangan masa kecil saya. Desa yang yang sangat saya rindukan ketika dulu masih dalam perantauan. Meski sekarang desa saya banyak yang telah berubah, namun kenangan indah tentang desaku tidak akan pernah hilang.

 

Mengenang kembali memori indah masa kecil dahulu. Di dekat madrasah kami terhampar sawah yang luas. Ketika musim kemarau sawah tadi akan menjadi “lapangan” bermain kami. Main sepak bola, layang-layang sampai angon kambing dengan teman-teman kecil kami. Memang hanya itu pilihan yang ada. Desa kami tidak memiliki tanah lapang seperti desa-desa yang lain. Sawah benar-benar menjadi “medan” segala aktivitas bermain yang sangat menyenangkan.

 

Bersambung……

 

 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...