Kamis, 25 Agustus 2022

Mudah Lupa

 



Masyarakat kita sebenarnya mudah lupa. Apa yang hari ini terjadi, sebulan dua bulan atau satu tahun pasti sudah lupa. Lupa yang saya maksudkan buka lupa dengan peristiwa yang terjadi, tapi sudah tidak peduli lagi. Hari viral, tunggu saja tidak sampai tiga bulan orang sudah melupakannya.

Dulu ada sosok yang terkenal yang kesandung video asusila. Semua orang menghujat dan mencaci-maki. Tak ada satu stasiun televisi pun yang mau menampilkan wajahnya lagi. Seakan-akan dia sudah habis. Apa yang terjadi kemudian, dia kembali menjadi idola masyarakat lagi. Ternyata hanya butuh setahun atau dua tahun untuk bisa lahir kembali dan diterima masyarakat. Aneh memang.

Begitu juga kasus koruptor yang ditangkap dan diadili. Pada awalnya semua orang akan membenci, memaki-maki, menghujat dan menghina. Tapi setelah sang koruptor keluar dari penjara, seakan orang sudah lupa dengan apa yang dilakukan dulu. Seolah-olah tindak korupsinya sudah tertebus dengan penjara yang banyak potongannya. Dia akan kembali menjadi sosok yang bersih yang siap kembali menjadi pejabat publik.

Memang baik memaafkan orang yang bersalah. Tapi tidak berarti kita memberi kesempatan mereka kembali untuk berbuat yang serupa. Memulihkan kepercayaan kepada orang-orang yang telah berbuat kesalahan fatal sebenarnya banyak risikonya. Orang akan menilai bila berbuat kesalahan besar itu tidak masalah. Toh, pasti masyarakat akan bisa menerima kembali nanti.

Di negara-negara yang menjunjung moralitas tinggi tidak mengenal budaya lupa seperti masyarakat kita. Sebut saja Jepang. Di sana orang akan rela mengundurkan diri bila merasa berbuat kesalahan yang merugikan publik. Dan mereka selamanya tak akan pernah kembali menjadi pejabat. Karena masyarakat mereka menunjung tinggi moralitas.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...