Selasa, 25 Oktober 2022

Pendidikan (ala) Pesantren, Pembentukan Karakter Mandiri



Sabtu kemarin, (tanggal 22 Oktober 2022) kita memperingati Hari Santri Nasional (HSN). Setelah ditetapkan pemerintah sejak tahun 2015 yang lalu, hari santri selalu semarak diperingati tak hanya oleh dunia pesantren namun juga masyarakat muslim Indonesia secara umum.

Santri bila dimaknai secara sempit adalah siswa yang belajar di lingkungan pondok pesantren. Namun bila diartikan secara lebih luas, santri ialah orang yang mendalami agama Islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh dan memegang teguh syariat.

Pendidikan pesantren telah ada jauh sebelum kemerdekaan bangsa kita. Sebelum kita mengenal pendidikan formal seperti ini, pesantren telah tumbuh, hidup dan menjadi pusat pendadaran generasi muda.

Pendidikan pesantren selalu mengajarkan santri untuk hidup mandiri. Seorang murid yang telah memasuki dunia pesantren sudah pasti siap hidup jauh dari keluarganya. Ia akan melepas ketergantungan dengan orang tua dalam hal mengurus diri sendiri. Bahkan dahulu lazim seorang santri mencari kebutuhan biaya belajarnya sendiri.

Dunia pesantren sekarang memang sudah berbeda dengan yang dulu. Banyak kita menjumpai muncul pondok-pondok pesantren ala modern. Sistem pendidikan salaf diintegrasikan dengan kurikulum pendidikan formal. Ini menjadi paket yang lengkap bagi pendidikan santri. Pendidikan agama diperoleh sekaligus pendidikan umum tidak ditinggalkan.

Pesantren telah menjawab kegamangan masyarakat terkait dekadensi moral. Sistem pendidikan pesantren tidak hanya menitikberatkan pada pencapaian prestasi akademik semata, tapi juga pembentukan akhlaqul karimah. Dan nilai lebihnya, bukan sekadar teori tetapi santri dalam kesehariannya hidup dalam bimbingan pengasuh dan berproses meneladaninya.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...