Meski diperkuat
pemain-pemain naturalisasi, timnas Indonesia takluk 3:1 saat bertanding melawan timnas Irak semalam. Pertandingan
perdana timnas Indonesia di grup D Piala Asia tersebut berlangsung di Ahmed Bin
Ali Stadium Qatar. Seperti diketahui bersama, skuad timnas Indonesia pada Piala Asia kali ini diperkuat
oleh delapan pemain naturalisasi.
Kebijakan PSSI
menaturalisasi banyak pemain-pemain keturunan Indonesia yang bermain di eropa
sampai hari ini belum menampakkan hasil yang signifikan. Tentu saja tujuan
program naturalisasi adalah meraih prestasi instan. Tidak perlu repot-repot
melakukan pembinaan, cukup comot sana-sini hasilnya bagus.
Ternyata prestasi dalam
jangka pendek yang diharapkan dari jor-joran naturalisasi belum menjadi
kenyataan. Lalu apakah langkah PSSI menjalankan misi natiralisasi ini masih
akan terus belanjut?. Bila ini akan terus dijalankan, dalam jangka panjang kita
akan kehilangan banyak talenta pemain lokal, dan ini sangat mengkhawatirkan
bagi perkembangan sepak bola nasional.
Brazil sering meraih gelar
juara dunia bukan karena mereka menaturalisasi pemain, begitu pula dengan
Argentina. Pemain-pemain yang mau dinaturalisasi jelas bukan pemain kualitas
terbaik. Karena bila mereka punya kesempatan pasti lebih memilih membela negara
tempat mereka dilahirkan bukannya timnas Indonesia.
Dalam jangka panjang,
pembinaan pemain lokal jelas akan lebih menguntungkan timnas. Kita akan
memiliki pemain berkualitas dari kelompok umur yang berkelanjutan. Lihat saja
Vietnam. Meski mereka juga menaturalisasi pemain tetapi jumlahnya sangat
sedikit. Mereka lebih fokus pada pembinaan lokal, dan itu berhasil. Vietnam
menjadi kekuatan asia tenggara yang kini rangking FIFA-nya jauh di atas
Indonesia.