Senin, 25 Juli 2022

Bekal Ilmu Saja Tidak Cukup, Tapi…

 




Cerita seorang guru yang begitu senangnya ketika bertemu dengan muridnya yang sudah menjadi dokter. Dengan wajah berseri-seri ia menyapa sang murid. Ternyata ingatan ibu guru tadi masih jernih. Dan dengan lancar ia bisa menyebut nama murid di hadapannya, kelas dan sekolah tempat dia belajar dulu. Ia mengenal dengan baik muridnya karena murid tersebut termasuk salah satu siswa yang berprestasi.

Rupanya gayung tidak bersambut. Murid yang disapa responnya dingin-dingin saja. Bahkan dengan nada datar ia berkata telah lupa dengan gurunya tadi. Ternyata murid yang dibanggakan sikapnya di luar dugaan.

Dalam kesempatan yang berbeda, ibu guru tadi bertemu dengan muridnya yang lain. Kali ini yang menegur justru muridnya. Muridnya memang hanya mengendarai sepeda motor dan tampilannya juga bersahaja. Tapi kesopanan dan keramahan tutur katanya mengesankan. Bahkan tidak sekadar bertegur-sapa, sang murid juga membantu beberapa keperluan gurunya. Rupanya pengalaman berjumpa dengan dua murid yang berbeda karakter tadi menyadarkan ibu guru. Bahwa bekal ilmu tidak cukup, tapi harus bekal adab.

Apa yang menjadikan kebanggaan seorang guru ketika bertemu dengan muridnya. Ternyata sederhana, menyapa dan mengingatnya. Karena itu bentuk penghargaan meski yang dicari guru bukanlah penghargaan semata. Guru sejatinya tidak pernah berharap yang lebih dari itu. Cukup beramah-tamah dan bicara seperlunya. Meski kadang hal seremeh itu sering luput didapat.

Meski sebenarnya status guru itu tidak ada akhir masanya, tak akan ada namanya bekas guru. Tapi tidak apa-apa bila murid tidak mengingat gurunya lagi. Guru juga tidak menuntut atau sedih dengan semua itu. Doa guru tetap yang terbaik bagi murid-muridnya.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...