Minggu, 27 September 2020

JATI DIRI

 

Alkisah, ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh raja Namrud ada cerita sarat hikmah di balik peristiwa tersebut. Setelah Nabi Ibrahim dilemparkan dengan alat pelontar (seperti manjanik) ke dalam api unggun menggunung yang membara, berlarilah seekor semut membawa setitik air dalam mulutnya menuju api. Ketika melihat hal itu konon cicak bertanya:

 “Wahai semut kecil, apa yang akan kamu lakukan?” Semut tidak berhenti dan terus menuju api unggun. Sesaat dia kembali lagi dan cicak bertanya untuk kedua kalinya, kali ini semut menjawab.

“Saya akan memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim dengan air yang yang saya bawa”. Mendengar jawaban semut sang cicak tertawa mengejek semut. “Bagaimana mungkin kamu bisa memadamkan api unggun sebesar itu dengan hanya setitik air yang kamu bawa?”

“Setidaknya saya telah berusaha dan posisi saya jelas di pihak Ibrahim”.

Cerita ini sebenarnya sudah sangat mashur, namun sebagian mengatakan sumber cerita tersebut tidak jelas, pendapat lain mengatakan mungkin kisah ini bagian dari  Israilliyat (cerita dari Bani Israel). Tapi sebenarnya yang kita bahas bukan cerita tersebut namun pesan moral dari kisahnya.

Semut adalah sosok yang heroik, dia memiliki kegigihan dan jati diri. Baginya tidak penting usahanya berhasil atau tidak, namun yang penting adalah berbuat sekuat tenaga, mengerahkan segenap kemampuan. Dia tidak peduli dibully oleh cicak, baginya ikhtiar wajib, sedangkan keberhasilan itu urusan-Nya. Baginya usaha hanya sebatas kemampuannya. Dan memang Allah tidak membebani hamba-Nya melebihi kapasitas yang dimiliki.

 

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Al-Baqarah 286)

 

Sementara cicak sosok yang berlawanan dengan karakter semut, dia justru meniup api yang membakar Nabi Ibrahim supaya api semakin besar. Sebagian orang mengatakan, mungkin ini alasan kenapa kita dianjurkan membunuh cicak. Meskipun sebenarnya cicak sekarang bisa protes, mengapa dosa nenek moyang mereka 3000 tahun yang lalu harus ditanggung oleh mereka. (he..he)

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...