Jumat, 07 Mei 2021

Belajar Ikhlas #2



 

Sudah menjadi tabiat manusia senang dipuji dan benci bila dikritik apalagi dicaci. Kita bisa melihat betapa “mabuknya” manusia bila dipuji oleh sesamanya. Gambaran semua itu begitu jelas dalam “ramainya” jagad media sosial yang isinya paling banyak Cuma dua hal, ingin mendapat pujian dan ingin dikenal banyak orang.

Pada hakikatnya pujian adalah melenakan banyak orang. Dikisahkan, di samping Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ada orang yang memuji-muji temannya. Lalu, Rasulullah mengingatkannya. Kata beliau, ''Celaka kamu! Kamu telah memotong leher saudaramu itu. Kalau ia mendengar, ia tidak akan senang.'' Kemudian beliau melanjutkan, ''Kalaulah kamu harus memuji saudaramu, lakukanlah itu secara jujur dan objektif.'' (HR Bukhari-Muslim).

Hadis tadi mengingatkan kita agar tidak sembarang memuji atau memberikan pujian sekadar asal orang yang dipuji senang. Biasanya dilakukan bawahan kepada atasannya. Atau karena ada maksud memperoleh keuntungan pribadi. Pujian semacam itu selain tidak mendidik, juga sangat bertentangan dengan norma-norma agama. Pujian yang dilakukan secara berlebihan menjadi bagian dari bencana lidah (min afat al-lisan) yang sangat berbahaya.

Akibat pujian kadang lebih merusak daripada cacian. Orang yang dipuji sering menjadi lupa daratan atau bahkan terjerumus ke dalam kesombongan. Atau setidaknya menjadi ujub (bangga dan merasa diri baik). Sedangkan cacian, kritik dan hinaan kadang menjadikan seseorang menjadi merenung dan meneliti kesalahan atau kekurangannya. Dan dengan muhasabah bisa jadi segala cacian tadi menjadi batu loncatan untuk memperbaiki diri sendiri.

Kita bisa mengukur kadar keikhlasan dalam diri kita sendiri. Selama kita masih menunggu dipuji, berharap mendapat penghormatan dari orang lain dan takut serta benci mendapat cacian orang maka bisa dipastikan kita belum mencapai derajat ikhlas. Tapi, terus saja kita beramal dan berbuat baik, karena semua harus dicapai dengan terus melatih diri. Jangan berhenti beramal karena takut tidak ikhlas. Seperti nasihat para ulama, bila kita sungguh-sungguh menempa hati dan banyak berdoa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan hati bersih yang ikhlas.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...