Minggu, 18 September 2022

Suka Mencela

 



Mungkin sudah zamannya, orang mudah mencela dan suka menggunjing. Memang ini bukan sesuatu yang baru, sejak dulu orang juga ada yang memiliki kebiasaan mencela. Tapi hari ini mencela menjadi perilaku yang seakan sudah umum dan menggunakan sarana yang bisa menjangkau ke tempat yang luas tiada berbatas, yakni media sosial.

Aib saudara sendiri yang harusnya ditutup justru diumbar di ruang umum. Dan semakin banyak yang tahu, maka semakin puas si pencela tersebut. Tidak berlebihan bila kita menyebut orang seperti ini jiwanya tidak waras.

Orang-orang di desa dulu biasa berkunjung ke rumah tetangga. Kemudian lazimnya berbincang-bincang mengenai apa saja yang mereka alami. Dan sudah biasa sedikit banyak “rasan-rasan” (ghibah) tentang tetangganya yang lain. Yang mereka lakukan memang mencela, tapi lingkupnya hanya terbatas, tapi kini orang meng-ghibah dan diketahui oleh jutaan yang lainnya.

Beruntung mereka yang mampu menahan diri dari mencela. Mereka lebih sibuk menilai kekurangan dan kesalahan sendiri disbanding meneliti kesalahan orang lain kemudian mencelanya. Dia sadar, bila orang lain tiada sempurna maka dirinya pun jauh dari kesempurnaan.

Sebaiknya, orang yang mendapat hinaan atau cacian sebaiknya tidak melakukan balasan mencela orang yang menghina dirinya itu. Karena, saat ada orang yang menghina kita justru kita akan mendapatkan pahala. Untuk itu, kita tidak harus bersedih apabila ada seseorang yang dengan sengaja menghina dan merendahkan kita. Karena, sebenarnya orang tersebut sedang memberikan hadiah kepada kita.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...