Selasa, 30 Juni 2020

MIMPI SERIBU ARTI

Ada sebuah ungkapan, ‘Mimpi sekadar bunganya orang tidur’, mimpi adalah ilusi, pikiran atau pengalaman kita di dalam tidur karena pengaruh peristiwa atau kejadian yang kita alami. Bisa jadi ketika kita mimpi hanya sekadar bawaan angan-angan ketika kita beraktifitas siang hari, ada yang masuk dalam fikiran kita, menjadi renungan, membekas sehingga ketika kita terlelap tidur muncul dalam alam bawah sadar kita. Namun tidak selamanya mimpi hanya kembang tidur yang tidak memiliki arti, karena sejarah membuktikan banyak peristiwa besar terjadi yang pada awalnya adalah petunjuk lewat mimpi.

Dalam literatur Ilmu Jawa, berdasarkan waktunya, mimpi dibagi menjadi tiga; Mimpi yang terjadi di awal malam, pada jam-jam ini dapat dipahami tidak memiliki arti yang sangat khusus, kecuali menunjuk pada pengaruh pengalaman hidup sebelum tidur. Biasanya isi mimpi hanya berkaitan dengan peristiwa hidup yang terjadi pada siang hari atau sebelumnya atau sisa masalah ketika kita masih terjaga. Sedangkan mimpi pada tengah malam menunjukkan pada kualitas kejiwaan kita dalam mengarungi kehidupan, menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam diri kita agar dapat diketahui, diterima, dan kemudian diolah. Kemudian bagian terakhir adalah mimpi di akhir malam, dalam mimpi tersebut kita diberi suatu petunjuk untuk mengenal segala bentuk pesan-pesannya.

Bila kita merujuk ke hadits dalam riwayat Auf bin Malik, Nabi Muhammad SAW membagi tiga kriteria mimpi yang dialami manusia. Pertama, mimpi buruk atau menakutkan yang datang dari syaitan dan membuat sedih. Kedua, mimpi yang menggelisahkan seseorang ketika terjaga dan terus terbawa dalam mimpinya. Ketiga, mimpi yang menjadi isyarat kenabian. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Majah). Adapun mimpi jenis ketiga mengindikasikan kebenaran ar-ru`ya ash-shadiqah (mimpi yang benar). Mimpi yang baik dan menggembirakan inilah yang patut diceritakan dan dimintakan penakwilannya kepada orang saleh. Imam Malik memesankan, tidak seluruh mimpi patut diceritakan. Hanya mimpi-mimpi yang baik saja yang patut untuk diceritakan.

Dalam Al-Qur’an ada beberapa kisah yang termasuk kategori ar-ru`ya ash-shadiqah (mimpi yang benar), diantaranya; dalam Surat Yusuf Ayat 4, (ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Mimpi yang dialami Yusuf kecil akhhirnya menjadi kenyataan ketika beliau dewasa. Beliau menjadi pemimpin besar yang berpengaruh di negeri Mesir.

Selanjutnya dalam Surat Asshaffat Ayat 102, Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".(102)

Dalam riwayat dikisahkan Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih Ismail melalui mimpi sampai tiga kali. Perintah pertama dan kedua belum dilaksanakan karena memastikan itu adalah wahyu dari Allah. Ketika perintah ketiga turun melalui mimpi, akhirnya beliau melaksanakannya karena sudah yakin itu perintah Allah.

Dalam surat yang lain, Surat Al-Fath ayat 27; Allah berfirman:  Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.

Pada tahun keenam Hijriyah Rasulullah bermimpi, beliau bersama para sahabat memasuki kota Mekah melaksanakan thawaf dan Umrah. Tak berselang lama beliau mengumumkan kepada para sahabat hendak melaksanakan umrah. Umrah tahun keenam akhirnya tertunda karena larangan orang kafir Mekah. Mereka menolak Nabi dan para sahabatnya memasuki kota Mekah. Terjadilah peristiwa Perjanjian Hudaibiyah antara kaum Muslim dengan Kafir Quraisy yang salah satu kesepakatannya Nabi boleh melaksanakan umrah tahun berikutnya. Pada tahun kedelapan hijriyah mimpi Nabi menjadi kenyataan, beliau memasuki kota Mekah dalam peristiwa “Fathu Makkah”.

****

Para Nabi banyak mendapat petunjuk melaui mimpi, begitu pula para ulama’ dan orang sholih memperoleh isyaroh melalui mimpi yang menjadi kenyataan. Namun yang menarik, Firaun juga mengalami mimpi yang ternyata mimpinya tersebut menjadi sebuah kenyataan. Ketika ia bermimpi akan ada anak laki-laki dari Bani Israel yang kelak menghancurkan kekuasaanya. Maka Firaun memberi perintah kepada pasukannya untuk membunuh semua anak laki-laki yang lahir dari Bani Israel dan membiarkan anak perempuan mereka hidup. Hal ini diceritakan dalam surat Al-Baqoroh ayat 49. Apakah mimpi yang dialami oleh Fir’aun termasuk ar-ru`ya ash-shadiqah ? karena sejarah membuktikan atas izin Allah kekuasaan Fir’aun runtuh di tangan Nabi Musa alaihis salam. Wallahu a’lam

Senin, 29 Juni 2020

WASWAS

Dalam situasi sekarang yang masih  darurat pandemi semua orang dituntut untuk selalu berhati-hati dalam segala aktivitas. Bila bekerja di luar rumah menghindari kerumunan massa, memakai masker ataupun mengikuti prosedur kesehatan yang lain. Namun dalam realitasnya sekarang yang terjadi adalah banyak orang menjadi waswas bukan hati-hati. Memang beda tipis antara waswas dengan hati-hati. Seperti beda tipis antara sombong dan percaya diri atau boros dengan dermawan. Orang yang waswas akan selalu curiga, tidak tenang dan akan selalu berpikir negatif.

Waswas dalam Al-Qur’an Surat An-Nas hakikatnya adalah bisikan setan di hati manusia agar timbul kegelisahan. Tujuan utamanya tentu mengganggu manusia dalam beribadah dan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Sering ketika saya salat berjemaah di masjid dekat rumah menjumpai seorang jemaah yang terjangkit penyakit waswas. Ketika salat berlangsung satu rakaat dia mundur lalu ke kamar mandi untuk mengulang wudunya. Di kesempatan yang lain, masing orang yang sama, ketika Imam takbiratul ikram lagi-lagi dia mundur untuk wudu kembali. Dan entah berapa kali saya sering melihat jemaah tadi seperti itu. Sebenarnya maksud hati ingin mengajak berbicara perihal waswasnya itu, namun karena secara personal saya belum kenal baik akhirnya sampai hari ini belum saya lakukan.

Pada saat yang lain ada teman yang cerita. Dia kalau ke rumah makan tidak pernah memesan makanan olahan daging, baik ayam, kambing ataupun sapi. Saya tanya apa alasannya, ternyata dia waswas. Jangan-jangan daging yang dihidangkan tidak benar proses penyembelihannya, atau jangan-jangan daging yang dimasak ternyata bukan daging sapi, tapi daging babi. Repot kalau sudah kena waswas seperti ini. Apa kalau ke rumah makan harus kita cek dapunya terlebih dahulu..? tentu tidak. Hati-hati dalam memilih makanan halal memang hukumnya wajib. Namun terlalu hati-hati sehingga menimbulkan waswas itu yang harus dihindari. Karena akan menyulitkan kita sendiri. Tentu sebelum makan ke rumah makan kita sudah memilih-milih terlebih dahulu. Tidak asal masuk ke tempat makan yang belum kita ketahui. Memastikan menu apa saja yang tersedia, ketika sudah yakin semua hidangannya halal tentu kita tidak perlu waswas lagi.

Teringat dulu ketika saya masih di Papua, waktu main ke rumah teman. Sebenarnya dia Muslim namun sekalipun saya belum pernah melihatnya ke masjid. Tak lama setelah ngobrol ringan dia mempersilakan saya makan siang. Timbul rasa khawatir juga dalam hati, tidak nyaman karena di rumah teman tadi ada anjing piaraannya. Tapi untuk menolak ajakan makannya tidak enak hati karena sudah disiapkan. Mau makan sebenarnya juga kurang yakin dengan kehalalan makanan di rumah teman saya tadi. Akhirnya berangkat juga ke ruang makan memenuhi ajakannya. Begitu makan ternyata menu makan siangnya adalah masakan daging dan acar. Dagingnya saya lihat tampak putih, teksturnya lunak, jangan-jangan daging babi…. Timbul waswas dalam hati. Tapi karena segan dengan teman terpaksa saya makan juga. Rasanya di lidah seperti masih asing, tidak seperti daging sapi atau kambing, daging apa ini…? Dalam hati masih timbul rasa curiga. Tapi karena rasanya enak, lupa semua waswas di hati dan habis juga makanan yang dihidangkan.

Setelah makan teman saya berujar, “Ini tadi ibu yang masak Lobster….” Alhamdulillah dalam hati bersyukur, ternyata Lobster (Udang laut yang besar). Hati-hati dalah segala hal baik, namun waswas, rasa curiga berlebihan, ketakutan yang tidak beralasan dan prasangka buruk harus ditinggalkan.

           

Minggu, 28 Juni 2020

SEPEDA, OLAHRAGA ATAU GAYA HIDUP ?

Sepeda bagi saya pribadi adalah sarana transportasi yang sudah akrab sejak zaman dahulu. Bersepeda adalah “Romantisme“ masa lalu. Sejak kecil waktu sekolah MtsN sampai Madrasah Aliyah setiap hari menggunakan sepeda. Bahkan Ketika teman-teman dulu sudah mulai banyak yang menggunakan sepeda motor, saya masih selalu bersepeda. Bukan karena cinta dan setia dengan sepeda namun memang belum punya motor. (he..he)

Bersepeda akhir-akhir ini menjadi booming di mana-mana, bukan hanya di Indonesia. Menurut berita di sebuah media portal online hampir seluruh penjuru dunia memiliki trend bersepeda. Sebagian menganalisa ini akibat dampak pandemi Covid-19. Sepeda dilirik banyak orang yang ingin tetap berolahraga di masa pandemi. Mudah karena bisa dilakukan sendiri, tidak harus kontak dengan orang lain dan satu alasan banyak memilih sepeda karena unsur rekreasi. Dengan bersepeda kita bisa menyusuri jalan-jalan di kota, desa, perbukitan, tepi sungai atau pinggir sawah. Hampir tidak ada hambatan apapun, bebas macet.

Fenomena yang menggembirakan bila sepeda menjadi gaya hidup masyarakat umum. Bersepeda menjadi alternatif jenis olahraga yang digemari. Faktanya, di negara-negara maju sepeda masih menjadi alat transportasi di kota. Seorang direktur tidak segan ke kantor menggunakan sepeda. Karena praktis, hemat biaya dan yang pasti ramah lingkungan. Tentu ini akan sedikit mengurangi pencemaran alam yang sudah sedemikian rupa. Tidak heran ketika naik kereta api banyak menjumpai penumpang yang membawa sepeda lipat mereka.

Olahraga bersepeda sebenarnya bukan hal yang baru, banyaknya orang yang bersepeda hari ini adalah sekedar “latah” mengikuti trend yang sedang terjadi. Bahkan sebagian kalangan masyarakat elit bersepeda sekadar menunjukkan hobi yang mahal. Jangan heran banyak pabrikan sepeda merilis produknya dengan harga yang mencengangkan. Mulai dari puluhan juta sampai ratusan juta. Bahkan “TREK” mengenalkan produk barunya di pasaran “Trek Butterfly Madone” dengan harga US$ 500 ribu atau Rp 6,67 miliar. Sebuah pertanyaan yang umum bagi ‘wong ndeso’ seperti saya, “Bahan untuk membuat sepedanya dari apa ya???”

Sisi mahalnya harga sepeda yang bisa mencapai milyaran rupiah tentu sebenarnya tidak terkait dengan sisi manfaatnya. Bersepeda dengan harga ratusan ribu juga memiliki manfaat yang sama dengan menggunakan sepeda yang mahal. Harga mahal hanyalah sebuah kebanggaan, gaya hidup dan menunjukkan kelas sosial pemiliknya. Dan itu sah-sah saja selama masih punya kepedulian terhadap orang-orang sekitar yang membutuhkan uluran tangannya. Tentu tidak elok untuk hobi bersepeda bisa menghabiskan dana yang sangat besar sementara di saat yang sama banyak orang hidup dalam kesusahan.

           

 

Rabu, 24 Juni 2020

BETUL BETUL BETUL

Yah, hampir semua tahu judul di atas adalah tagline salah satu pemeran utama dalam sebuah serial animasi dari negeri Jiran Malasyia, Upin dan Ipin. Sebuah serial animasi yang sangat digemari di Indonesia. Tampilan gambar 3 dimensi yang bagus membuat serial animasi ini menarik banyak penonton anak-anak. Banyak faktor mengapa serial animasi Upin dan Ipin begitu populer tidak sebatas di negeri asalnya bahkan di beberapa negara ASEAN. Serial ini tampaknya terinspirasi dari slogan pariwisata Malasyia, “Malasyia Trully Asia”, Malasyia adalah sebenar-benarnya Asia, begitu mungkin terjemahan bebasnya.

Dalam serial animasi Upin dan Ipin banyak menampilkan karakter ras (suku) yang ada di Malasyia; Upin dan Ipin, Kak Ros serta Opa adalah karakter potret keluarga Melayu, Xiao Mei mei dan Uncle Ah Tong adalah karakter Tionghoa, Jarjit Singh mewakili ras Punjabi India, Susanti dari keluarga Indonesia. Inilah yang hendak ditampilkan dalam serial animasi Upin dan Ipin, keberagaman Malasyia.

Membuat animasi yang berkualitas bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebagai contoh serial animasi dari Rusia Marsha and The Bear. Untuk membuat satu buah episode yang berdurasi sekitar 7 menit, ternyata produser memerlukan waktu proses pembuatan selama satu bulan…wow. Sebuah proses kerja yang tidak main-main. Demikian pula dalam proses pembuatan animasi Upin dan Ipin, Proses yang panjang dimulai dari pembuatan konsep cerita dan Penokohan, pembuatan Storyboard, modeling semua karakter dan semua Objek dalam Scene, Pewarnaan dan Tekstur Model 3D (Texturing), rigging dan baru Penganimasian.

Dan hasilnya kita bisa melihat, sampai hari ini serial Upin dan Ipin menjadi program paling digemari anak-anak di Indonesia. Serial animasi impor ini telah menjadi “war tool” bagi negara Malasyia. Sama seperti K-Pop dan Drama Korea (Drakor) dari Korea Selatan, Bollywood dari India atau Hollywood dari Amerika Serikat. Serial animasi Upin dan Ipin secara eksplisit telah menjadi sarana promosi kebudayaan Malasyia. Kegandrungan dengan tayangan ini sangat menguntungkan Malasyia sebagai negara asalnya. Bukan sekadar bidang budaya, dari sisi ekonomi akan memberi dampak yang sangat positif bagi mereka. Mereka akan lebih mudah menjual produk mereka karena sudah dikenal oleh negara manca.


Mengapa kita sering tidak berdaulat di negeri sendiri? Kebutuhan pangan, buah-buahan kita bergantung ke negara Thailand, Vietnam dan Amerika Serikat. Kebutuhan energi minyak juga bergantung dari negara-negara produsen minyak bumi; Saudi Arabia, Nigeria dan Australia. Terus,… sekedar hiburan anak-anak kita hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Upin dan Ipin, Doraemon, Pokemon, Marsha and The Bear, Sinchan….semua adalah produk impor dari negeri seberang.

Kapan kita mampu menjual produk budaya kita yang laku di negeri sendiri bahkan mampu ekspansi ke negara tetangga kita ?

Jawabannya adalah ketika kita sudah sadar sepenuhnya bahwa era sekarang adalah zaman persaingan ketat yang harus dimenangkan. Kita tidak boleh lengah dengan “cultural ideology” yang laksana air bah membanjiri negeri kita. Harus kita dukung dan kita apresiasi stasiun tv yang mampu melahirkan serial animasi lokal karya anak bangsa meskipun belum sepopuler produk impor. Ada serial Adit Sopo dan Jarwo, Nussa dan Rara, Si Unyil dan yang lainnya. Atau…, Jangan bersedih kelak anak-anak kita kehilangan akar tradisi budayanya, tercabut dan digantikan dengan budaya asing yang sebenarnya tidak semuanya memiliki kesesuaian dengan bidaya bangsa kita yang luhur.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...