Nasib Vietnam dan Thailand ternyata tidah jauh beda dengan
Indonesia. Keduanya gugur pada semifinal Piala AFF U-19. Ini sebuah kejutan.
Vietnam dan Thailand sebenarnya lebih diunggulkan untuk maju ke babak final,
tapi rupanya keberuntungan tidak berpihak kepada mereka.
Siapa yang menyangka Laos bisa menumbangkan Thailand.
Mereka (Laos) membuat sejarah penting. Bagaikan “mission imposible” bisa
menumbangkan Thailand, tapi mereka telah melakukannya dengan luar biasa dan
dengan skor yang meyakinkan 2:0. Vietnam sendiri juga dibuat tidak berkutik
saat bersua Malasyia, merela takluk dengan skor telak 3:0.
Hasil partai semifinal ini seakan menjadi penghibur luka
bagi pecinta timnas Indonesia. Publik pecinta timnas Garuda tentu sangat kecewa
ketika Thailand dan Vietnam memilih bermain aman ketika pertandingan terakhir
penyisihan grup kemarin. Karena pertandingan itu menjadi penyebab tersingkirnya
Indonesia. Walau secara regulasi itu bisa dibenarkan, tetapi jelas menciderai falsafah
olah raga fair play.
Hasil semifinal yang diluar dugaan. Kedua tim unggulan
tereliminasi oleh tim yang dipandang sebelah mata. Kini Thailand dan Vietnam
merasakan sakit yang sama, kandas di saat selangkah lagi mencapai babak final.
Tak heran bila masyarakat kita menghubungkan kegagalan mereka sebagai
"kutukan" akibat memainkan sepak bola gajah. Tentu itu sekadar
mencari pelampiasan kekecewaan semata.
Yang patut menjadi pelajaran bagi kita sebenarnya adalah
sportivitas dan permainan yang adil. Kita harus mengakui kelebihan dan menghormati
lawan ketika dikalahkan. Tapi di sisi lain, tidak dibenarkan pula menggunakan
cara yang curang untuk mengalahkan lawan.