Senin tanggal 9 Mei 2022 menjadi hari bersejarah bagi masyarakat Filipina. Negara tetangga tersebut melaksanakan pemilu presiden. Mengutip dari sebuah portal online; penghitungan tidak resmi menunjukkan bahwa Marcos Junior yang dikenal sebagai "Bongbong", telah melampaui 27,5 juta suara yang dibutuhkan untuk mayoritas, sekaligus menyiapkan “comeback” kekuasaan keluarga Marcos yang dulunya berkuasa.
Rupanya warga Filipina telah lupa atau mungkin sudah memaafkan kesalahan presiden Marcos. Buktinya ketika sang putra Marcos Jr ikut dalam kontestasi pemilu presiden, ia mendapat suara mayoritas pemilih di sana. Kenangan Marcos sebagai seorang diktator rupanya sudah hilang dari bayang-bayang rakyat Filipina. Kini sang putra mahkota kembali ke tampuk kekuasaan untuk melanjutkan trah kekuasaan atau dinasti keluarganya.
Hasil pemilu di Filipina menjadi sorotan media dunia. Kemenangan mutlak Marcos Jr sebenarnya sudah tercium sejak beberapa pekan sebelum pemungutan suara. Hasil survei selalu menempatkan Marcos Jr di posisi yang paling atas. Bahkan dia unggul jauh (dua kali lipat) dari pesaing terdekatnya Leni Robredo wakil presiden Filipina yang sekarang.
Bagi kalangan reformis di Filipina, hasil pemilu saat ini tentu kurang memuaskan. Ini seperti langkah mundur dan membawa Filipina ke masa-masa yang suram saat dalam kekuasaan yang semena-mena. Tapi bagaimanapun juga rakyat telah memutuskan. Dan suara rakyat dalam demokrasi kata orang adalah suara Tuhan.
Waktu yang akan menjawab. Apakah suara rakyat benar representasi suara Tuhan. Atau suara rakyat justru akan menjerumuskan mereka untuk kedua kalinya dalam cengkeraman penguasa yang “salah”.