Minggu, 24 April 2022

Seba-serbi Ramadan



Bersyukur kita tinggal di daerah khatulistiwa, karena antara malam dan siang seimbang. Seandainya kita tinggal jauh dari garis khatulistiwa, durasi waktu antara dan malam bisa berselisih banyak. Katanya, di beberapa negara nun jauh di sana bisa mengalami siang hampir dua puluh jam lamanya.

Kita bisa membayangkan bagaimana pelaksanaan ibadah puasa di daerah “ekstrim” seperti itu. Ketika waktu maghrib tiba, mereka hanya punya sedikit waktu untuk melakukan ibadah tarawih karena segera akan memasuki waktu subuh. Lalu, apakah puasanya tetap mengikuti waktu fajar dan tenggelamnya matahari, atau hanya mengikuti waktu normalnya puasa di daerah lain. Tentu ini menjadi wilayahnya para ulama untuk mencarikan (solusi) fatwanya.

Bagaimana jika ada suatu wilayah yang malamnya lebih panjang dari siangnya. Tentu ibadah puasa menjadi ringan. Orang bisa memanjangkan salat tarawihnya karena tidak perlu khawatir waktu istirahatnya berkurang.

Allah Mahatahu terhadap apa yang dikerjakan hamba-Nya. Dia Maha Bijaksanan dan adil membalas ibadah orang-orang yang memiliki ketulusan niat dan berusaha dengan sekuat tenaga melaksanakannya. Jadi, tidak perlu khawatir. Semakin berat usaha seseorang maka sudah pasti semakin besar ganjaran yang akan diterimanya nanti.

Tak ada yang terlewatkan dari catatan-Nya. Bahkan jika amal itu hanya seberat sebutir debu, pasti Dia akan membalasnya. Bahkan balasan Allah jauh lebih besar dari amal yang telah dikerjakan seorang hamba.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...