Sabtu, 30 April 2022

SEBUAH PETUAH



Kalau di masa lalu kita belajar waktu adalah uang, mulai saat ini kita  belajar waktu adalah nafas, waktu adalah ibadah. Waktu adalah nafas yang setelah terlewat tidak akan bisa kembali, waktu adalah ibadah karena setiap detik harus bernilai ibadah, apapun aktivitasnya.

Tetaplah berbuat baik dan berkata baik walau tidak banyak orang yang mengenali kebaikan kita, tapi kebaikan yang kita lakukan adalah kebahagiaan di mana perbuatan baik kita akan terus dikenang oleh mereka yang kelak kita tinggalkan.

Jadilah seperti akar yang tidak terlihat, tapi tetap menyokong kehidupan. Jadilah seperti jantung yang tidak terlihat, tapi terus berdenyut setiap saat tanpa henti hingga membuat kita terus hidup, sampai batas waktunya untuk BERHENTI...

Tiga paragraf di atas saya kutip dari sebuah pesan di WhatsApp. Media sosial memang seperti sebuah pisau. Semua bergantung pada pemegang dan pemiliknya. Apakah pisau akan digunakan untuk mengupas mangga, atau justru digunakan untuk kejahatan. Lagi-lagi semua terserah pada sang empunya.

Medsos sering dicitrakan dengan hal yang negatif, tapi tidak bisa kita nafikan banyak hal positif yang bisa diambil dari penggunaannya. Tinggal kita yang pandai untuk memilih mana yang kita ambil dan mana yang harus kita tinggalkan….

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...