Sabtu, 07 November 2020

GELIAT GURU MENULIS


“Kampanye” guru menulis sebenarnya sudah banyak digagas dan diupayakan oleh banyak pihak. Mereka telah banyak melakukan agenda pelatihan menulis untuk banyak guru, dengan berbagai macam format pelatihan seperti; seminar, workshop maupun bimtek yang dilakukan oleh organisasi profesi maupun oleh pihak terkait lainnya. Seperti ungkapan bagai jamur di musim penghujan yang tumbuh bersemi. Demikian pula gerakan literasi akhir-akhir ini begitu masif digagas.

Kita tidak berharap pelatihan semacam itu sifatnya hanyalah formalitas belaka. Namun hendaknya benar-benar bukti keseriusan berbenah. Memang sering hasilnya sulit diukur dalam tempo yang singkat, karena semua masih membutuhkan proses yang panjang. Tetapi, bagaimanapun juga bermacam pelatihan menulis untuk guru tetap perlu dilaksanakan. Tujuan utamanya tentu ilmu yang diperoleh diharapkan akan berlanjut pada anak didik sehingga impian masyarakat kita ke depan gemar menulis bukan utopia semata. Tentunya, kunci semua itu terletak di guru, apakah ada kemauan untuk memulai menulis. Dan tidak berhenti di situ, namun juga mengajak segenap anak didik untuk membiasakan menulis.

Secara teori sebenarnya menulis itu mudah. Namun secara praktik terbukti menulis itu tidak mudah. Banyak yang memiliki minat masuk dalam dunia menulis namun banyak pula yang berhenti di tengah jalan karena berbagai alasan. Banyak penulis yang sudah jadi karena kegigihan belajar dan selalu menulis setiap hari, bukan karena seringnya mengikuti pelatihan. Bahkan sering seorang penulis memiliki kemampuan menulis yang baik diperoleh dari cara otodidak. Ketertarikan para penulis dengan alam menulis menjadikan kesungguhan belajar mereka melebihi orang lain pada umumnya.

Sepertinya langkah menumbuhkan minat menulis diawali dari guru adalah langkah yang sangat tepat. Budaya menulis diawali dari komunitas pembelajar. Guru merupakan profesi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Guru yang memiliki keterampilan menulis akan mampu melahirkan produk tulisan dalam bentuk makalah, modul atau buku. Proses pembelajaran yang disampaikan lebih terarah, sitematis, dan mudah dicerna anak didiknya. Ini merupakan salah satu alasan mengapa guru harus menulis buku. Ilmu yang diketahuinya perlu ditulis sehingga mudah dipahami dan dipelajari siswa bahkan masyarakat umum.

Seorang guru dituntut memiliki kecakapan menyampaikan ide-ide cemerlang yang dalam kelas. Kemampuan menguasai materi tanpa ditunjang kemampuan komunikasi yang baik. Di sinilah peran guru terampil menulis sangat penting. Seorang penulis baik pasti akan lebih kreatif dalam menyampaikan gagasan. Dan kita harus sabar menanti, apakah geliat menulis guru yang hari ini digaungkan benar-benar membawa dampak signifikan bagi perkembangan literasi.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...