Rabu, 10 Februari 2021

ALAH BISA KARENA BIASA



Sebuah pesan pendek masuk di ponsel sore ini. “Kamu kalau menulis sehari berapa menit, atau sehari berapa halaman?. Sebuah pertanyaan dari teman “dunia maya” yang sama-sama memiliki ketertarikan tentang menulis. “Saya berusaha menulis sehari lima paragraf, sekitar tiga ratus kata”. Jawaban saya untuk teman pegiat literasi tadi. Tentu, ada kalanya karena alasan tertentu alokasi sehari lima paragraf tidak bisa tercapai.

Mungkin bagi sahabat-sahabat yang sedang “kemaruk” belajar menulis, lima paragraf setiap adalah target yang relatif berat. Saya pun sebenarnya sering kesulitan untuk menuntaskan target harian itu. Sering ketika membuka laptop hendak menulis, ide masih gelap, tak tahu harus menulis apa. Tapi lanjut saja masuk ke Microsoft Word, ketik apa saja, satu kata kemudian kata berikutnya, satu kalimat selanjutnya kalimat berikutnya, dan seterusnya…dan seterusnya. Dalam tempo tiga puluh menit sampai enam puluh menit biasanya satu artikel kelar dibuat.

Katanya kata mengundang kata yang lain, kalimat akan membawa kalimat yang berikutnya. Dan sepertinya teori itu sejauh ini memang benar. Menerapkan “wejangan” Prof.Naim, pokoknya menulis saja. Tidak perlu repot-repot mencari ide yang bagus untuk menulis. Karena pada dasarnya setiap yang ditulis dan menjadi sebuah karya itu bagus, bila dibandingkan dengan gagasan yang masih disimpan dalam angan-angan.

Ide itu sebenarnya tak terbatas. Hanya karena kurang terbiasa menggalinya, semua terasa rumit. Gagasan yang tadinya “hilir-mudik” dalam benak kita sering hilang ketika hendak disusun dalam rakitan kata-kata. Kebiasaan terus menulis inilah yang menjadikan proses mencetuskan gagasan menjadi lebih mudah. Tentu semua harus ditunjang pula dengan kebiasaan membaca. Karena dengan banyak membaca kita memiliki khazanah kosakata dan keluasan pandangan.

Sebuah diskusi menarik dengan teman saya. Prinsipnya semua hanya berdasar sedikit pengalaman belajar menulis. Karena sampai saat ini, saya tidak pernah merasa memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang menulis. Bukan pula orang yang tahu bagaimana menulis yang baik itu dilakukan. Andai kata sudah bisa disebut sebagai penulis, tentu masih penulis pemula.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...