Selasa, 14 Juli 2020

TENTANG MENULIS

Jika diajukan sebuah pertanyaan, menulis itu mudah atau sulit ya..? Jawabannya pasti terbagi menjadi dua. Kelompok pertama menjawab menulis itu mudah dan kelompok yang lain akan mengatakan menulis itu sulit. Bagi yang menjawab mudah alasannya sederhana, menulis tinggal menuangkan apa yang ada dalam alam pikiran baik itu gagasan, pengalaman pribadi, pengetahuan atau cerita imajinasinya. Semua orang mendapat anugerah kemampuan berpikir yang sama, tinggal bagaimana mengasah kemampuannya dan mewujudkannya menjadi sebuah tulisan. Bagi yang menjawab menulis sulit tentu alasannya juga rasional. Menulis tidak sama dengan berbicara di depan orang atau ngobrol dengan teman. Memang semua diberi kemampuan berpikir namun tidak semua orang dapat menuangkan ide dalam tulisan. Berbicara tidak memerlukan kemampuan menguasai kata baku, berbincang-bincang tidak terikat tema sehingga bisa “ngalor-ngidul” leluasa sesuai suasana. Ketika bercerita dengan sahabat kita, semakin bahasanya bebas semakin nampak keakraban.

Bila pertanyaannya diganti, apakah kebiasaan menulis itu ada manfaatnya? Kemungkinan semua akan menjawab, menulis itu banyak manfaatnya. Seandainya kita menghitung manfaatnya mungkin akan ada daftar panjang manfaat menulis. Tentu isi tulisan harus bermanfaat juga. Sebaliknya kalau kita cari sisi buruknya kebiasaan menulis akan sulit kita temukan.

Pertanyaan selanjutnya, apakah bukti kalau memiliki karya tulis itu penting? Mungkin sebagian besar akan menjawab penting. Bagi yang pernah kuliah sudah pasti memiliki karya tulis “skripsi”, meskipun itu adalah sebuah proses keterpaksaan. Seandainya kita tidak mau melalui fase dipaksa membuat skripsi pasti tidak bisa menyelesaikan studi sarjana-nya. Arsip penting yang kita simpan adalah dokumen tulis, entah ijazah, buku nikah atau surat berharga yang lain. Ini menegaskan dokumen dan karya tulis adalah bagian penting dari sejarah kita.

Jika menulis itu bisa mudah atau sulit, tapi sangat bermanfaat dan penting. Seharusnya kita mulai menulis. Pertanyaan terakhir, mengapa kita masih enggan untuk mulai menulis? Apa halangan untuk menulis? Pertanyaan ini akan memiliki jawaban yang sangat beragam. Akan sangat bergantung pada individu-individu yang menjawab. Sudah pasti bukan alasan tidak bisa menulis, namun alasan lain yang bersifat psikologis.

Mengutip sebuah ungkapan, “Hari ini kamu melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain. Maka besok kamu akan dapat melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang lain.” Langkah untuk memulai akan selalu terasa berat, namun bila kita mampu melaluinya, yakinlah langkah berikutnya akan lebih ringan. Kira-kira begitu nasihat dari orang-orang bijak yang sempat saya baca.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...