Selasa, 30 Agustus 2022

Salah Menilai

 



Hidup tak bisa dinilai dari apa yang kita lihat dengan mata saja. Karena banyak hal yang tidak mampu dilihat oleh mata kita. Mata sering kali tertipu, karena yang bisa dilihat hanya sisi-sisi yang wujud, materi. Mata tidak bisa menerawang apa yang tersimpan dalam hati, yang tersembunyi dalam niat dan suasana kebatinan seseorang.

Apa pasti orang yang banyak hartanya merasakan kebahagiaan, belum tentu. Apakah orang yang terlihat alim dan dermawan pasti mulia di sisi Allah, jawabannya tidak pasti juga. Terkadang yang rendah dalam pandangan manusia dan tampak biasa saja, justru menjadi hamba mulia di sisi-Nya. Semua mungkin terjadi karena Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati manusia.

Kisah nyata yang terjadi di daerah kami membuka kesadaran dan membuat kami banyak merenung. Seorang ibu yang pekerjaannya hanya menjadi buruh cuci ternyata meninggal keadaan yang husnul khotimah. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya pada orang-orang di sekitar beliau. Jenazahnya utuh dan harum meski telah dimakamkan. Rencana Allah begitu indah. Ada saja cara Allah menunjukkan kuasa-Nya sehingga makam ibu tukang cuci tadi harus digali dan dipindah ke tempat lain.

Sementara peristiwa lain yang serupa namun tidak sama juga terjadi dan menjadi pelajaran berharga. Seorang yang dikenal baik dan rajin beribadah justru matinya dalam keadaan yang mengenaskan. Rupanya, meski dikenal baik dan taat beribadah dia orang yang bekerja di tempat riba. Allah hendak membuka hati kita, jangan menilai hanya dari kulitnya saja.

Biarkan Allah saja yang menilai kadar keimanan dan kebaikan hamba-Nya. Sesama hamba yang dititahkan kita hanya bisa melihat sedikit saja, yakni yang kasat oleh mata. Padahal nilai seseorang tidak bisa diukur dari apa yang sering lkita amati.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...