Selasa, 24 Agustus 2021

MENJAWAB PANGGILAN #1



Apakah karena banyak yang tidak mendengar panggilan (adzan), sehingga masjid dan musholla harus menggunakan speaker yang keras. Tidak cukup satu atau dua, bahkan ke seluruh penjuru mata ngin. Namun tetap saja, yang memenuhi panggilan adzan hanya orang-orang yang terbiasa datang ke masjid.

Dahulu ketika Bilal Bin Rabah mengumandangkan adzan, seluruh kaum muslimin bergegas menuju Masjid Nabawi. Mereka meninggalkan perniagaannya, hewan ternak dan kebunnya karena mementingkan seruan sujud kepada Allah. Tidak ada yang lebih penting selain bersama-sama Rasulullah untuk ruku dan sujud, shalat berjamaah.

Kini suara adzan seakan hanya penanda masuknya waktu shalat. Suara adzan tidak mampu merasuk ke jiwa dan membangkitkan semangat beribadah shalat berjamaah di masjid. Yang berdagang tetap setia menunggu barang dagangannya, yang di kantor tetap fokus pada pekerjaannya, bahkan yang sedang ngobrol pun tetap asyik dengan bualannya.

Mungkin banyak yang berpikir, shalat kan bisa dilakukan nanti. Yang penting tidak kehabisan waktu. Ah, shalat berjamaah itu tidak harus dilakukan dengan berjamaah, yang penting tidak meninggalkan shalat. Atau mungkin banyak yang segan meninggalkan rapat penting, tidak enak dengan pimpinan. Atau berbagai alasan yang membenarkan meninggalkan shalat berjamaah.

Sebaik-baik masa adalah masa Rasulullah. Sebaik-baik umat adalah umat Islam yang hidup di zaman Nabi Muhammad. Mereka adalah sahabat-sahabat Nabi yang diridhai Allah. Dan, bagaimana mereka ketika mendangar adzan? Tak ada satupun yang tidak menjawab panggilan adzan. Hanya bagi yang memiliki udzur saja yang tidak shalat bersama Nabi. Bahkan ketika Ibnu Ummi Maktum mengajukan keringanan untuk tidak berjamaah karena kondisinya yang buta dan lemah, Rasulullah tidak mengabulkan permintaannya.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...