Jumat, 29 Juli 2022

Mensyukuri Nikmat Terbesar

 



Dari sekian banyak kenikmatan, ada suatu nikmat yang nilai sangat besar melibihi nikmat yang lain. Nikmat itu adalah Iman dan Islam. Tidak seperti memperoleh kekayaan dan kedudukan yang tinggi, anugerah hidayah jarang kita syukuri karena mungkin tidak terlihat dan tidak terasa bentuk materinya.

Kita sering kali bersyukur ketika mendapat harta, begitu pula seringkali bersyukur ketika mendapatkan nikmat dunia lainnya, hal tersebut tidaklah salah, namun kita kadang lupa untuk bersyukur akan nikmat Allah yang agung yaitu nikmat Iman dan Islam.

Sungguh lalainya kita apabila lupa mensyukuri nikmat ini. Padahal ini adalah nikmat yang terbesar bagi kita. Sampai–sampai Allah Subhanahu wa ta’ala mewasiatkan kepada kita; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102)

Sudah seharusnya kita selalu bersyukur dengan sebenar-benarnya syukur atas nikmat Iman dan Islam yang Allah telah anugerahkan kepada kita ini. Karena dengan Iman dan Islam inilah kita mendapat jaminan untuk memasuki surga Allah, sebagimana hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. “Akan keluar dari neraka orang yang mengatakan”: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sedang di dalam hatinya ada seberat gandum kebaikan. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika kita diberi nikmat duniawi, maka bisa jadi itu adalah ujian. Belum tentu itu adalah tanda bahwa Allah sayang dengan kita. Namun kebalikannya, ketika Allah telah menganugrahkan iman maka sudah pasti itu adalah tanda bahwa Allah menyayangi kita. Maka sudah sepatutnya kita benar-benar bersyukur bahwa Allah telah mengaruniakan nikmat Iman dan Islam kepada kita, dan mestinya kita bergembira dengan hal itu melebihi syukur kita ketika kita diberi hal-hal dunia.

Sebanyak apapun seseorang mendapatkan nikmat di dunia, tapi bila tidak ada iman di dalam hatinya ia termasuk manusia yang akan merugi. Segala yang dimilikinya kelak tidak akan ada nilainya dihadapan Allah. Sebaliknya, meski hidup di dunia dalam situasi serba kekurangan dan kesulitan, tapi bila hatinya memiliki iman ia termasuk hamba yang beruntung. Di kehidupan yang abadi (akhirat) nanti ia akan mendapatkan segalanya bahkan jauh lebih baik dari nikmat-nikmat duniawi yang ia tidak dapatkan ketika hidup di dunia.

Kerugian yang hakiki bukan mereka yang sedikit hartanya, bukan pula orang-orang kecil yang sering dizhalimi. Tapi kerugian yang nyata adalah mereka yang diberi kesempatan hidup di dunia tapi tidak mau beriman kepada Allah.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Surat Asr 1-3). 

Bahwa manusia yang tidak berada dalam kerugian adalah mereka yang memiliki empat kriteria; iman, amal shalih, saling menasehati tentang kebenaran dan saling menasehati tentang kesabaran. Semua orang merugi kecuali orang yang memiliki empat kriteria ini.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...