Dari sekian banyak kenikmatan, ada suatu nikmat
yang nilai sangat besar melibihi nikmat yang lain. Nikmat itu adalah Iman dan
Islam. Tidak seperti memperoleh kekayaan dan kedudukan yang tinggi, anugerah
hidayah jarang kita syukuri karena mungkin tidak terlihat dan tidak terasa
bentuk materinya.
Kita sering kali bersyukur ketika mendapat harta,
begitu pula seringkali bersyukur ketika mendapatkan nikmat dunia lainnya, hal
tersebut tidaklah salah, namun kita kadang lupa untuk bersyukur akan nikmat
Allah yang agung yaitu nikmat Iman dan Islam.
Sungguh lalainya kita apabila lupa mensyukuri
nikmat ini. Padahal ini adalah nikmat yang terbesar bagi kita. Sampai–sampai
Allah Subhanahu wa ta’ala mewasiatkan kepada kita; “Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS.
Ali Imran: 102)
Sudah seharusnya kita selalu bersyukur dengan
sebenar-benarnya syukur atas nikmat Iman dan Islam yang Allah telah anugerahkan
kepada kita ini. Karena dengan Iman dan Islam inilah kita mendapat jaminan
untuk memasuki surga Allah, sebagimana hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim. “Akan keluar dari neraka orang yang mengatakan”:
“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sedang di dalam hatinya ada
seberat gandum kebaikan. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika kita diberi nikmat duniawi, maka bisa jadi
itu adalah ujian. Belum tentu itu adalah tanda bahwa Allah sayang dengan kita.
Namun kebalikannya, ketika Allah telah menganugrahkan iman maka sudah pasti itu
adalah tanda bahwa Allah menyayangi kita. Maka sudah sepatutnya kita
benar-benar bersyukur bahwa Allah telah mengaruniakan nikmat Iman dan Islam
kepada kita, dan mestinya kita bergembira dengan hal itu melebihi syukur kita
ketika kita diberi hal-hal dunia.
Sebanyak apapun seseorang mendapatkan nikmat di
dunia, tapi bila tidak ada iman di dalam hatinya ia termasuk manusia yang akan
merugi. Segala yang dimilikinya kelak tidak akan ada nilainya dihadapan Allah.
Sebaliknya, meski hidup di dunia dalam situasi serba kekurangan dan kesulitan,
tapi bila hatinya memiliki iman ia termasuk hamba yang beruntung. Di kehidupan
yang abadi (akhirat) nanti ia akan mendapatkan segalanya bahkan jauh lebih baik
dari nikmat-nikmat duniawi yang ia tidak dapatkan ketika hidup di dunia.
Kerugian yang hakiki bukan mereka yang sedikit
hartanya, bukan pula orang-orang kecil yang sering dizhalimi. Tapi kerugian
yang nyata adalah mereka yang diberi kesempatan hidup di dunia tapi tidak mau
beriman kepada Allah.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Surat Asr 1-3).
Bahwa manusia yang tidak berada dalam kerugian
adalah mereka yang memiliki empat kriteria; iman, amal shalih, saling
menasehati tentang kebenaran dan saling menasehati tentang kesabaran. Semua
orang merugi kecuali orang yang memiliki empat kriteria ini.