Jumat, 25 Desember 2020

KERJA KERAS, KERJA CERDAS DAN KERJA IKHLAS



Mau hidup sukses, kaya raya? Kata orang kuncinya harus kerja keras. Istilahnya kerja banting tulang, siang dijadikan malam, malam dijadikan siang. Atau sebutan lain yang menggambarkan bahwa kesuksesan tidak bisa diraih dengan santai-santai tapi penuh dengan kerja serius yang sungguh-sungguh. Dan ternyata semua itu belum cukup. Selain kerja keras yang lebih penting lagi adalah kerja cerdas. Seorang pengayuh becak (mohon maaf) bagaimanapun kerja dengan keras hasilnya tentu hanya sebatas untuk kebutuhan sehari-hari. Harus bisa melihat peluang, apakah bidang pekerjaan yang dipilih benar-benar memiliki prospek yang bagus.

Kadang ukuran kerja keras antara satu orang dengan yang lain perspektifnya beda. Kerja keras bisa diartikan kerja dengan seluruh kemampuan yang dimiliki. Baik tenaga maupun pikiran dikerahkan untuk meraih hasil yang sebesar-besarnya. Sementara yang lain, mengartikan kerja keras itu menganggap “waktu adalah uang”. Baginya tidak penting urusan selain pekerjaannya. Hidupnya hanya berisi tentang kerja dan kerja saja.

Kalau melihat sudut pandang kerja keras. Ada sosok teman sekaligus tetangga saya (meski rumahnya agak jauh) yang mungkin bisa digolongkan sebagai pekerja keras. Sebut saja namanya Kang Karyo (bukan nama sebenarnya). Sekadar untuk menggambarkannya, dia bisa disebut sebagai manusia kelelawar, karena pola hidupnya yang selalu keluar malam. Di saat fajar mulai terbit, orang-orang bersiap memulai aktivitasnya justru dia baru pulang dari lapak jualannya. Dimulai dari sore hari, warung tendanya baru ditutup ketika adzan Subuh berkumandang.

Ritme hidup Kang Karyo sudah dibalik. Ketika siang hari orang-orang bekerja, dia akan mengambil istirahat karena semalaman harus berjualan. Begadang setiap malam menunggu para sopir dan pengguna jalan mampir mencari makan di warung kecilnya. Dan itu sudah berjalan bertahun-tahun. Bagi orang yang melihat, mungkin kehidupan dia sangatlah berat. Namun belum tentu bagi yang menjalani, bisa saja semua itu berjalan biasa-biasa saja. Dan saya yakin masih banyak Kang Karyo yang lain yang memiliki aktivitas kerja yang “tidak normal” seperti itu.

Pada intinya seluruh rezeki sudah dijamin oleh Allah. Manusia tinggal berusaha untuk menjemput rezeki yang telah ditetapkan untuknya. Kerja keras tidak serta-merta menjadikan alasan banyaknya rezeki seseorang. Kerja keras dilakukan karena kita menghindari sifat malas dan tidak mau hanya bergantung pada pemberian orang. Hidup memang harus diisi dengan kerja keras namun juga harus kerja cerdas, dan satu lagi yang harus diperhatikan, kerja ikhlas. Tujuannya agar rezeki yang kita terima menjadi penuh keberkahan.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...