Minggu, 12 Juni 2022

Menahan Marah

 



Pasti semua orang pernah mengalami marah. Wajar, karena marah adalah bagian dari emosi seseorang. Yang menjadi masalah marah sering menjadikan orang tidak bisa mengendalikan diri. Karena marah kata-kata akan keluar dengan tajam dan tidak menimbang rasa.

Bila diibaratkan, orang yang sedang marah seperti kendaraan yang melaju cepat dengan rem yang tidak pakem. Pengemudi bisa saja celaka bila tidak waspada. Makanya Ketika marah “terapi” yang tepat untuk mengatasinya sesuai hadis Nabi adalah dengan duduk bila sedang berdiri. Atau, bila marah posisinya sedang duduk maka segera berbaring. Itu sama halnya dengan mengurangi kecepatan laju kendaraan. Menghindari hilang kendali.

Ketika seseorang menuruti marahnya yang sering terjadi adalah penyesalan. Dalam kondisi marah kita tidak bisa berpikir jernih dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Akhirnya tindakan pemarah sering merugikan diri sendiri dan orang lain.

Sebenarnya marah adalah bagian dari penjagaan diri. Karena memiliki marah seseorang bisa terjaga martabatnya. Tapi bila marah melebihi kadarnya, akibatnya juga sangat buruk. Sebuah contoh marah yang sebenarnya justru menjadi keharusan. Orang tua harus marah ketika anaknya meninggalkan kewajiban dan melakukan perbuatan tercela. Bila orang tua diam ketika anaknya menyimpang, lalu tanggung jawabnya bagaimana.

Yang harus dimengerti sebenarnya kapan kita harus marah dan kapan kita tidak boleh marah. Kemudian, mengelola bagaimana marah menjadi sesuatu yang berguna tidak hanya menurutkan emosi semata.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...