Kamis, 24 Februari 2022

Menggali Hikmah Peristiwa Isra Miraj



Saat ini, kita telah menapak tanggal 24 Rajab tahun 1443 Hijriyah. Pada bulan Rajab umat Islam di Indonesia selalu melaksanakan peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Tentu ini merujuk pendapat Al-Alamah Al-Manshurfury. Beliau berpendapat bahwa peristiwa Isra terjadi pada malam tanggal 27 Rajab tahun kesepuluh dari nubuwah.

Sebenarnya ada ulama yang berpendapat Isra terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ke-13 dari nubuwah. Ada pula yang berpendapat Isra terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13 nubuwah. Dari beberapa pendapat tersebut, ada titik persamaan bahwa peristiwa hijrah terjadi pada masa-masa akhir periode Makah, yakni sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.

Pada bulan Rajab tahun kesepuluh nubuwah Paman Nabi Muhammad Abu Thalib meninggal dunia. Tentu ini menjadi kedukaan yang besar, karena Abu Thalib menjadi benteng perlindungan yang ikut menjaga dakwah Islam dari serangan orang-orang kafir Quraisy. Kira-kira dua atau tiga bulan dari meninggalnya paman beliau, Ummul Mukminin Khadijah Al-Kubra wafat pula. Dua peristiwa ini terjadi dalam waktu yang terpaut lama, sehingga menorehkan duka dan lara di hati Rasulullah SAW.

Di saat beliau mendapat gangguan yang semakin keras dan berani dari kaum kafir, Rasulullah memutuskan untuk pergi ke Thaif yang jaraknya 60 mil (sekitar 100 km) dari Makah dengan berjalan kaki. Beliau berangkat ditemani Zaid Bin Haritsah dengan setitik harapan penduduk Thaif berkenan menerima dakwah atau melindungi dan memberi pertolongan dalam menghadapi kaum beliau.

Ternyata tak satupun kabilah di Thaif yang menerima dakwah Nabi. Bahkan ketika Rasulullah hendak pergi, orang yang jahat di antara mereka dan para hamba sahaya membuntuti beliau, sambil mencaci-maki dan berteriak terhadap beliau. Bahkan mereka juga melempari Nabi dengan batu hingga terumpah beliau basah oleh lelehan darah.

Apa yang dialami Nabi pada tahun kesepuluh adalah duka yang bertumpuk-tumpuk, hingga beliau menyebutnya sebagai “Amul Huzni” (tahun berduka cita), dan julukan ini pun terkenal dalam sejarah.

Pasca tahun duka cita, tak berselang jauh terjadilah peristiwa Isra. Menurut riwayat yang sahih. Rasulullah di-Isra’kan dengan jasadnya. Perjalanan dimulai dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis. Pada malam itu pula, dari Baitul Maqdis beliau naik ke langit dunia beserta Jibril.

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Pada langit pertama beliau bertemu dengan Nabi Adam bapak sekalian manusia. Di langit kedua beliau bertemu Nabi Yahya Bin Zakaria dan Isa Bin Maryam. Di langit ketiga beliau bertemu dengan Nabi Yusuf. Kemudian naik ke langit ke-empat dan bertemu Nabi Idris. Ketika naik ke langit kelima beliau bertemu dengan Nabi Harun. Di langit keenam beliau bertemu Nabi Musa Bin Imran, dan di langit ketujuh beliau bertemu Nabi Ibrahim. Kemudian beliau naik ke Sidratul Muntaha, lalu dibawa lagi ke Baitul Makmur untuk menerima perintah shalat.

Dalam perjalanan Isra’ dan Miraj banyak peristiwa yang terjadi di dalamnya. Beliau ditawari susu dan khamer, lalu beliau memilih susu. Kemudian dikatakan kepada beliau, “Engkau telah dianugerahi fitrah, jika engkau mengambil khamer berarti engkau menyesatkan umatmu”.

Beliau melihat orang-orang yang mengambil harta anak yatim secara sewenang-wenang mempunyai bibir seperti bibir unta. Mereka mengambil sepotong api neraka langsung dengan bibirnya, dan selanjutnya api itu keluar dari duburnya.

Nabi juga diperlihatkan para pezina yang membawa daging berminyak yang baik di tangannya dan di sebelahnya ada daging jelek dan busuk. Tapi mereka justru mengambil daging yang busuk dan memakannya serta membiarkan daging yang baik.

Hikmah paling besar dari perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al-Isra ayat kesatu adalah; agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...