Rabu, 27 Juli 2022

Taubat



Sudah menjadi kodrat manusia tempatnya salah dan lupa. Sering berbuat salah juga kadang kala berbuat dosa. Karena manusia, disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan dosa-dosa. Hanya para Nabi dan Rasul yang terbebas dari maksiat, mereka manusia suci yang terjaga. Sedangkan kita sering tergelincir dalam perbuatan maksiat dan dosa.

Dan manusia berbeda dengan para malaikat. Malaikat tidak diberi nafsu, sedangkan kita memiliki nafsu. Manusia makhluk yang dinamis, sedangkan para malaikat adalah makhluk Allah yang statis. Malaikat makhluk yang mutlak taat dan tidak pernah maksiat kepada Allah, sedangkan kita ada kalanya taat, namun di waktu yang lain berbuat maksiat.

Sebagai manusia biasa sudah pasti diri kita pernah ternoda oleh maksiat yang kita lakukan dengan sengaja ataupun tanpa ada niat sebelumnya. Manusiawi ketika kita pernah berbuat maksiat, melakukan perbuatan dosa. Terkadang kita sebagai mukmin lalai dalam menjaga mata, mulut dan telinga dari maksiat. Dan sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa macam ini. Namun tidak bisa dibenarkan juga bila hidup kita selalu bergelimang dalam lumpur dosa. Karena selain diberi nafsu kita juga dikaruniai oleh Allah akal pikiran yang mampu mencerna perintah dan larangan Allah dalam kitab suci Al-Qur’an. Pergulatan antara nafsu dan akal kita akan selalu terjadi sepanjang hidup kita. Ketika akal kita menang dan mengikuti perintah-Nya kita akan menjadi hamba yang dimuliakan.

Memang dosa-dosa kecil akan selalu terulang. Namun seyogianya kita tidak menganggap remeh dosa-dosa kecil. Karena dosa kecil yang dilakukan berulang kali tanpa ditaubati akan menjadi dosa besar juga. Dan, Sebagian mukmin bisa jadi terjerumus dalam perbuatan-perbuatan dosa besar. Karena ia memang bukan orang yang ma'shum. Dan ini sering terjadi ketika seseorang selalu menurutkan hawa nafsunya, bila nafsu selalu dituruti jatuhlah manusia dalam posisi yang hina. Namun kita dilarang putus asa dari rahmat Allah, karena Dia menjanjikan ampunan bagi hamba yang segera menyadari perbuatan dosanya dan segera bertaubat.

dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْن رَحِمَكُم اللّه

Di antara asma-asma Allah adalah al-ghofur yang maknanya Allah Maha Pengampun. Ketika manusia tergelincir dalam dunia kemaksiatan hendaknya segera bertaubat kepada Allah yang Maha Pengampun. Rahmat Allah meliputi seluruh hamba-Nya. Maksiat yang menjadikan pelakunya taubat itu lebih baik daripada amal baik yang menjadikan seseorang ujub dan takabbur. Seorang pendosa yang takut azab Allah dan selalu bertaubat memohon ampun-Nya lebih dicintai Allah daripada seorang alim yang sombong karena kealimannya. Bukankah Iblis tadinya adalah makhluk Allah yang mulia di surga.  Banyak amalnya, tak sejengkal tanah pun yang belum dijadikan tempat sujudnya. Namun seketika menjadi terlaknat ketika menjadi sombong, merasa diri lebih mulia dari Adam.

Keutamaan orang yang bertaubat dari dosa-dosanya sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Baqoroh ayat 222;

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al-Baqoroh 222)

Di antara perintah yang paling tegas untuk melaksanakan taubat dalam Al Quran adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam  Surat At Tahrim ayat ke-8;

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, " (QS. At Tahrim: 8).

 

Seperti syukur yang harus dilakukan setiap saat, taubat pun harus dilakukan setiap waktu. Sebagai bentuk kesadaran kita, bahwa dalam hidup ini akan selalu ada dosa. yang Sebaik-baik orang yang maksiat banyak dosa adalah segera minta ampunan pada Allah.

"Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami' Shagir - 5235)

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...