Rabu, 01 Juli 2020

JALAN TENGAH


Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan, begitu sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam. At-Tawaazun atau al-Mizan adalah prinsip keseimbangan ajaran Islam. Dalam beberapa aspek kehidupan sehari-hari kita tidak boleh berlebih-lebihan. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas

Makan dan minum tidak boleh dilakukan secara berlebih-lebihan. Berlebih-lebihan dalam kuantitas porsinya sehingga kekenyangan. Atau belebih-lebihan dalam hal kualitasnya. Harus seimbang sesuai kebutuhan tubuh. Makan daging sapi, kambing, ayam, seafood atau makanan mahal yang lain bila dilakukan setiap hari ternyata justru tidak baik untuk kesehatan. Menurut dunia medis justru jenis-jenis makanan yang mahal tadi yang menimbulkan banyak masalah kesehatan.

Dalam bersikap dan bertindak kita juga harus memilih jalan tengah. Sebagai pendidik bila bersikap terlalu keras, tentu tidak akan disukai oleh murid-muridnya. Namun bila kita terlalu lunak, tidak tegas tentu kurang dihargai oleh anak didik kita. Sikap yang tepat adalah tengah-tengah. Tidak terlalu keras namun juga harus tegas bila diperlukan. Tidak kaku namun juga tidak terlalu santai, banyak “guyon” sehingga kehilangan kewibawaan sebagai seorang guru. Tentu bukan berarti seorang guru dilarang bercanda dengan muridnya, namun ada porsi yang harus disesuaikan.

Membelanjakan harta juga demikian, terlalu perhitungan, menekan sekecil mungkin pengeluaran karena keinginan menumpuk-numpuk harta itu namanya bakhil. Sebaliknya terlalu menghamburkan harta untuk sekedar kesenangan semata itu adalah boros. Jalan tengahnya adalah hemat dan dermawan. Hemat maknanya memilih dengan saksama kemana harta akan dibelanjakan. Orang hemat akan berpikir cermat dan hati-hati dalam mengeluarkan hartanya tidak asal mebelanjakan hartanya. Dermawan bukan bagian dari menghamburkan harta, karena harta yang dikeluarkan untuk berderma sesuai dengan kebutuhan dan sangat bermanfaat bagi pihak lain yang diberi.

Rendah diri itu tidak baik, namun rendah hati itu mulia. Terlalu yakin dengan kemampuan sendiri dan menganggap diri sudah cukup ilmu akan cenderung menjadikan sombong. Namun sebaliknya merasa tidak memiliki potensi kemampuan dalam dirinya maka dia akan jatuh ke rendah diri (minder). Sikap yang ideal adalah percaya diri, optimis. Berpikir positif dengan situasi yang dihadapi dan punya keyakinan terhadap potensi dirinya sendiri. Memiliki keinginan selalu belajar dan menyadari masih banyak hal yang harus dia pahami. Inilah letak perbedaan sombong dengan percaya diri. Kesombongan menganggap rendah orang lain, sementara percaya diri membuka ruang untuk menerima perbaikan.

Dalam ibadah pun tidak dianjurkan berlebih-lebihan, salat malam Tahajjud dilakukan setelah beristirahat, tidur terlebih dahulu. Bukan suatu kemuliaan ibadah memaksakan diri salat semalam suntuk tanpa memberi tubuh hak untuk istirahat. Namun juga selayaknya janganlah malam berlalu tanpa sholat malam meskipun hanya dua rakaat. Dalam ibadah salat berjemaah seorang imam hendaknya tidak memanjangkan salatnya, tidak memilih surat yang panjang-panjang. Namun juga tidak mengerjakan salat terlalu cepat, sehingga hilang tuma’ninahnya dan tidak merasakan kekhusyu’an ibadah. Wallahu a’lam

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...