Ramadan tahun 1444 Hijriyah ini akan selalu kami kenang, karena terselip peristiwa sedih di keluarga kami. Pada hari keenam puasa, ayah tercinta meninggalkan kami untuk selamanya. Ini menjadi Ramadan terakhir dengan ayah kami. Semua orang tentunya pasti pernah merasakan bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang disayangi. Meski kita sadar betul dengan kepastian maut, tetap saja semua terasa berat dan menjadi duka yang mendalam.
Kalau sudah tiada, semua baru terasa. Ramadan yang selama ini menjadi momen berkumpulnya seluruh keluarga, kini terasa berbeda. Ada yang hilang dari pandangan kami. Senyum Bapak yang cerah bahagia, di saat melihat anak-anak dan cucunya berkumpul menikmati hidangan buka puasa bersama.
Semua sudah menjadi kehendak dan di bawah kuasa-Nya. Di bulan yang mulia, beliau kembali ke menghadap kepada sang Pemilik kehidupan. Baru saya mengerti apa makna pesan Bapak kami beberapa hari sebelumnya, beliau minta diantar pulang. Dan saya telah memenuhi permintaannya yang terakhir. Mengantar beliau hingga membaringkannya di liang lahat serta menghadapkan wajahnya ke kiblat. Dan malam itu, saya orang terakhir yang meninggalkan pusara beliau. Ya Rabb, ampunilah beliau dan berikan tempat yang mulia di sana.
Ramadan ya Ramadan… Sepanjang tahun kami menunggu kedatanganmu. Sekuat mungkin kami berusaha menggapai keberkahan bulan suci Ramadan. Ya Allah, izinkan kami berjumpa Ramadan di tahun yang akan datang. Dan bimbing kami agar menjadi hamba-hamba yang bertakwa.