Jumat, 30 Oktober 2020

SEDEKAH DAN KEPEDULIAN SOSIAL


“dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"

Memberi ke orang lain baik itu sedekah atau hadiah tentu memiliki keutamaan yang besar dan bagian dari ibadah sosial yang sangat dianjurkan. Manfaat dan hikmahnya tidak lagi diragukan. Sedekah dapat memanjangkan umur, melimpahkan rezeki, menolak balak dan manfaat-manfaat lain. Di saat-saat menghadapi kesulitan seperti masa ini, sebenarnya adalah ladang amal bagi orang yang diberi kelebihan harta oleh Allah. Saatnya “menabung” kebaikan dengan sedekah sebagai bentuk kepedulian sosial.

Sedekah tidak lebih mudah dari ibadah maghdhah seperti shalat, puasa maupun haji. Banyak orang yang ringan ketika diajak shalat malam atau dzikir. Mudah melangkahkan kaki untuk shalat berjamaah, namun ketika diajak sedekah hati merasa berat. Ada keengganan mengeluarkan harta dalam hatinya. Sebenarnya ini adalah manusiawi, pada dasarnya semua orang memiliki kecenderungan mencintai harta benda. Sedekah pada mulanya juga memerlukan latihan, bila kita sudah terbiasa semua akan lebih mudah dilakukan.

Ada nasihat kuno dari para “pini-sepuh” zaman dulu. “Pager mangkok kuwi luwih kuat tinimbang pager tembok”. Tentu ini adalah “sanepan” atau kiasan saja. Pagar mangkuk itu lebih kuat daripada pagar tembok. Maksudnya, dengan sering memberi ke tetangga dekat dan tetangga yang jauh, akan menjadikan orang lain peduli dan akan selalu siap membantu dan membela kita, baik diminta maupun tidak. Kurang lebih mungkin seperti  itu maksudnya. Seandainya kekayaan telah menjadikan seseorang bakhil, tidak peduli dengan tetangganya, sudah pasti orang-orang yang hidup di sekitarnya tidak akan peduli dengan dirinya.

Memberi memang bukan bermaksud menerima pemberian balasan. Memberi jelas harus berlandaskan keikhlasan hati. Karena ketika memberi ada pamrih, amal sedekahnya tidak akan diterima oleh Allah. Diharap atau tidak diharap sebenarnya secara pasti orang yang dermawan akan selalu disenangi orang. Dan faktanya, memberi tidak akan menjadikan seseorang menjadi miskin. Bahkan hakikat memberi adalah menjadikan harta itu benar-benar menjadi milik kita pada akhirnya nanti.

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...