Jumat, 04 Desember 2020

(MASIH) SEMANGAT MENULIS


“Utamakan selamat” begitu motto di jalan raya. Kalimat itu Sering kita jumpai ditulis di bak truk bagian belakang. Pesannya sangat jelas, keselamatan menjadi prioritas ketika berkendara di jalan raya. Percuma kita mengutamakan benar jika akibatnya adalah celaka. Lebih baik mengalah namun selamat, daripada mempertahankan prinsip benar di jalan raya namun berakibat fatal.

Sepertinya dalam aktivitas menulis mottonya hanya beda-beda tipis saja. “Utamakan menulis”. Abaikan kebingungan harus menulis apa. Ya, apa saja yang bisa ditulis, langsung eksekusi. Percuma punya ide bagus tapi tetap tersimpan di kepala, karena sekejap lalu akan hilang tak tersisa. Lebih baik segera menulis meskipun idenya biasa-biasa saja. Setiap kata yang tertulis akan menjadi jejak indah nantinya. Terus saja menulis. Tidak peduli apa yang kita tulis adalah yang penting atau tidak. Karena yang pasti penting adalah tetap menulis. Sesuatu yang sederhana menjadi istimewa karena ditulis.

Memang menjaga semangat menulis tidak mudah. Banyak yang belajar menulis akhirnya berhenti karena merasa tidak mendapat “apa-apa”. Belajar menulis tidak bisa mendatangkan uang, penghormatan atau keuntungan materi yang lain. Tapi belajar pasti mendatangkan kepuasan hati. Kita anggap saja sebuah investasi panjang. Dan pada masanya kita akan mengerti buah apa yang bisa dipetik dari proses belajar giat hari ini.

Gembiralah terus menulis, karena bisa menulis itu sebuah anugerah. Dan kenyataannya tidak banyak yang mau melakukannya meskipun banyak yang mampu. Biar saja kita menjadi makhluk yang “langka” di tengah-tengah kumpulannya. Setidaknya kita sudah berusaha dan  berbuat yang terbaik, tidak semata-mata mahir mengkritik.

Tak ada yang kekal di dunia fana ini. Pada akhirnya kita akan berhenti menulis juga. Ya, tapi kita berhenti setelah banyak gagasan yang kita sampaikan. Kita berhenti menulis ketika kumpulan pendapat-pendapat telah kita curahkan. Kita berhenti karena semua ide telah kita tuangkan dalam puluhan, ratusan atau bahkan ribuan halaman buku kita. Sehingga, kalaulah semua harus berhenti tiada sesal yang akan kita rasakan.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...