Jumat, 26 Maret 2021

Kisah Pilu, Mereka yang “Dilupakan”



Umurnya sudah hampir 70 tahun. Dia tinggal di desa dekat kampung kami dulu. Sebut saja namanya Mbok Minah (bukan nama sebenarnya). Dan, di saat orang seusianya menikmati hidup bersama cucunya, Mbok Minah masih harus bekerja keras. Sering kali saya berpapasan dengannya naik sepeda tua dan gerobak kecil di belakangnya. Apapun yang bisa dijual, akan dibawanya. Sayur, buah, hingga segala kebutuhan dapur.

Terharu setiap kali menjumpainya. Entah kemana anak-anak Mbok Minah. Kata orang mereka sudah menjadi orang sukses. Tapi mengapa di saat senja usianya, Mbok Minah harus menyusuri jalan panas demi sedikit uang untuk mencukupi keperluan hidup. Kaki-kakimu sudah terlihat lemah Mbok. Matamu juga sudah kabur dan tanganmu sering gemetar.

Lain lagi dengan kisah pilu berikutnya. Entahlah siapa namanya. Karena dia tidak pernah bicara, meski kata orang sebenarnya dia tidak bisu. Usianya sudah tua, kemungkinan sudah di atas 70 tahun. Sudah berapa bulan nenek tanpa nama dan identitas itu tinggal di pasar dekat tempat tinggal kami. Setiap hari dia menyapu dan membantu petugas pasar. Urusan makan, setiap hari pasti ada yang memberinya. Para pedagang di pasar dan orang-orang sekitar pasar sering membantu nenek malang ini.

Beberapa hari yang lalu, nenek tanpa nama sakit. Dia hanya tidur di pojok pasar beralas kardus dan plastik. Karena iba, dibawalah ke PUSKESMAS. Selanjutnya koordinasi dengan polisi dan di bawa ke RSU dr.Iskak sampai saat ini. Bagaimana nanti kalau dia sudah sembuh, apa harus kembali hidup sebatang kara di pasar atau jalanan. Kemana keluarganya, apa selama dia tidak dicari?.

Ada banyak orang yang senasib dengan Mbok Minah dan Nenek tanpa nama tadi. Inilah cerita nyata kehidupan. Banyak kisah getir yang memilukan hati. Dan inilah alasan mengapa kita harus berbagi kebahagiaan dan ringan tangan membantu mereka. Karena dalam harta kita ada hak-hak mereka. Dan mereka yang papa menyadarkan kita. Betapa keras jalan hidup yang mereka lalaui. Dunia “tidak ramah” pada mereka, namun mereka masih terus berjuang tanpa putus asa.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...