Final liga champion (UCL 2021/22) antara Liverpool melawan
Real Madrid berakhir 1-0 untuk kemenangan Madrid. Vinicius Junior tampil
menjadi pahlawan karena gol semata wayangnya menjadi penentu kemenangan timnya.
Bermain di Stade De France The Reds sebenarnya Liverpool bermain dengan baik, agresif dan
menghibur. Namun Real Madrid bermain dengan lebih taktis dan memiliki pertahanan yang
solid.
Kekalahan atas Real Madrid ini membuat Liverpool dua pekan
beruntun mengalami “patah hati”. Pekan lalu, mereka gagal memenangkan Premier
League, karena Manchester City menang melawan Aston Villa. Hari ini rasa sakit
dan pahit itu terulang. Mereka gagal membalas kekalahan pada final liga champion 2018 melawan
tim yang sama, Real Madrid.
Persiapan taktik yang sempurna dari pelatih Madrid Carlo
Ancelotti membuahkan hasil manis. Madrid bermain efektif dan berhasil memanfaatkan
peluang dalam laga itu. Los Blancos mencatatkan satu shot on target, langsung
berbuah gol kemenangan. Di sisi lain, sembilan shot on target Liverpool tak ada
yang berbuah gol.
Kekalahan ini bagi Liverpool terasa amat getir. Bagai menabur
garam di atas luka. Liverpool datang ke Perancis dengan luka yang masih pedih.
Mereka gagal juara liga Inggris dan hanya selisih satu poin saja dengan
Manchester City. Harapannya, tentu mereka mampu menjuarai liga champion eropa
sebagai penawar luka. Tapi rupanya bukan mendapatkan obat justru luka yang ada semakin
dalam.
Apapun yang terjadi dalam olah raga harus diterima. Nilai
sportivitas harus tetap dijunjung tinggi. Hari ini memang gagal, tapi masih ada
kesempatan berikutnya untuk bangkit dan meraih hasil yang terbaik. Karena hakikatnya
tidak ada juara abadi, semua hanya silih berganti.