Minggu, 29 Mei 2022

Menabur Garam di Atas Luka

 



Final liga champion (UCL 2021/22) antara Liverpool melawan Real Madrid berakhir 1-0 untuk kemenangan Madrid. Vinicius Junior tampil menjadi pahlawan karena gol semata wayangnya menjadi penentu kemenangan timnya. Bermain di Stade De France The Reds sebenarnya Liverpool bermain dengan baik, agresif dan menghibur. Namun Real Madrid bermain dengan lebih taktis dan memiliki pertahanan yang solid.

Kekalahan atas Real Madrid ini membuat Liverpool dua pekan beruntun mengalami “patah hati”. Pekan lalu, mereka gagal memenangkan Premier League, karena Manchester City menang melawan Aston Villa. Hari ini rasa sakit dan pahit itu terulang. Mereka gagal membalas kekalahan pada final liga champion 2018 melawan tim yang sama, Real Madrid.

Persiapan taktik yang sempurna dari pelatih Madrid Carlo Ancelotti membuahkan hasil manis. Madrid bermain efektif dan berhasil memanfaatkan peluang dalam laga itu. Los Blancos mencatatkan satu shot on target, langsung berbuah gol kemenangan. Di sisi lain, sembilan shot on target Liverpool tak ada yang berbuah gol.

Kekalahan ini bagi Liverpool terasa amat getir. Bagai menabur garam di atas luka. Liverpool datang ke Perancis dengan luka yang masih pedih. Mereka gagal juara liga Inggris dan hanya selisih satu poin saja dengan Manchester City. Harapannya, tentu mereka mampu menjuarai liga champion eropa sebagai penawar luka. Tapi rupanya bukan mendapatkan obat justru luka yang ada semakin dalam.

Apapun yang terjadi dalam olah raga harus diterima. Nilai sportivitas harus tetap dijunjung tinggi. Hari ini memang gagal, tapi masih ada kesempatan berikutnya untuk bangkit dan meraih hasil yang terbaik. Karena hakikatnya tidak ada juara abadi, semua hanya silih berganti.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...