Kamis, 07 Oktober 2021

TIDAK EGOIS



Dalam harta kita ada hak orang lain. Tentu sebagian orang akan menganggap hasil yang diperoleh dari kerja kerasnya adalah mutlak miliknya. Tidak ada urusan dengan orang lain. Mari kita pikirkan dengan mendalam. Apakah orang yang bekerja dengan cara halal dan tidak mengambil milik orang lain hartanya masih belum bersih juga.

Ilustrasinya seperti ini; Ada pedagang memiliki toko yang sangat laris. Keuntungannya berlipat-lipat bila dibanding dengan pemilik toko di sekitarnya. Dia jujur dan tidak pernah curang dalam berjualan. Sepintas memang dia tidak memiliki salah sama sekali, bersih. Pada kenyataannya, karena tokonya mendapatkan keuntungan begitu besar maka toko orang lain pun terkena dampaknya, tak banyak pembeli. Bahkan bisa jadi harus ditutup karena kerugian terus-menerus.

Begitu kaidah kehidupan, orang baik saja tetap ada salahnya. Apalagi orang yang memang perilakunya buruk. Pelajarannya adalah, kita tidak boleh egois. Bagaimana kita bisa mementingkan urusan sendiri, sementara kita hidup berbagi tempat dengan orang lain.

Tak ada yang mutlak menjadi milik kita. Kita semua bagaikan tamu yang hanya singgah sebentar, kemudian bergegas melanjutkan perjalanan panjangnya. Akan menjadi lucu kalau tamu bertindak seakan-akan menjadi tuan rumah. Demikian pula orang yang merasa memiliki dan menguasai titipan Allah yang diberikan kepadanya.

Semua hanya titipan yang dimaksudkan untuk memberi kemanfaatan yang sebesarnya dalam kehidupan. Berbuat baik kepada orang lain hakikatnya berbuat baik pada diri sendiri. Maka dari itu jangan pernah egois

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...