Jumat, 09 Oktober 2020

REFLEKSI DIRI


Bagi sebagian orang, biasanya hari ulang tahun akan ditunggu dan dirayakan. Bahkan bukan hal baru lagi bila kita jumpai di masyarakat kita, momen ulang tahun dirayakan dengan pesta. Membuat roti tart dengan lilin sesuai usianya, kemudian ditiup dan bernyanyi. Sepertinya merayakan ulang tahun sudah menjadi hal yang lazim bagi masyarakat kita. Meskipun juga banyak yang tidak sependapat dengan budaya ulang tahun yang mengikuti tradisi orang-orang Barat seperti itu.

Saat ulang tahun bila kita hitung dari tanggal lahir maka usia memang bertambah. Ya, usia kita semakin lama semakin bertambah jumlah tahunnya. Namun bila kita hitung dari jatah usia kita, ulang tahun adalah momen berkurangnya umur kita. Umur kita telah berkurang lagi satu tahun. Semakin sedikit kesempatan yang tersisa. Ibarat sebuah perjalanan, semakin dekat kita dengan tujuan.

Senang dan gembira saat hari ulang tahun bukan sebuah kekeliruan. Yang dimaksud adalah senang dan gembira sebagai bentuk syukur karena dikaruniai usia panjang oleh Allah. Bukan sekadar senang karena bertambahnya usia. Karena bertambah usia tanpa bertambahnya kebaikan adalah sebuah kerugian. Bertambah  usia namun tanpa disertai perubahan sikap dan sifat yang lebih baik juga menjadi sia-sia. Ibarat ilmu padi, semakin tua semakin berisi. Semakin bertambah usia semestinya semakin bertambah ilmu dan amal kebaikannya. Namun bila yang terjadi sebaliknya, tampaknya tidak patut bahagia ketika usia semakin bertambah. Bahkan mungkin yang lebih tepat, harusnya hati kita menjadi gundah.

Mana kiranya yang lebih tepat, merayakan ulang tahun dengan pesta atau menjadikan momen ulang tahun sebagai refleksi diri?. Saat ulang tahun tak ada salahnya dirayakan dengan pesta dan hidangan makanan-makanan yang lezat. Boleh-boleh saja, bila niat yang melandasinya benar. Bukan semata pesta hura-hura. Bahkan menjadi hal yang mulia, misalnya bila yang dihadirkan adalah anak-anak yatim yang tujuannya adalah menggembirakan mereka. Tapi yang harus diingat, ihwal ulang tahun harus bisa dimanfaatkan sebagai sarana refleksi diri. Bertambahnya usia bisa dijadikan sebagai momentum proses perenungan supaya hari yang akan datang menjadi lebih baik lagi. 

Tidak pernah ada yang tahu rahasia umur seseorang. Semua orang berharap dipanjangkan umurnya. Namun banyak yang lupa, sebenarnya yang paling tepat adalah memohon keberkahan umur. Usia panjang namun tidak diisi dengan amal kebaikan dan keindahan akhlaq justru membawa mala petaka. Oh ya…, idealnya memang diberi umur panjang, awet muda dan sehat, hidupnya diisi dengan ketaatan, dan kelak di penghujung usia menghadap Allah dengan predikat Husnul Khotimah…. Aminnn.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...