Senin, 05 Oktober 2020

KISAH MAGGIE DAN NADA

 


 “Hi, I hope your family and friends are okay, In church, I pray for you and your country. In school, we are raising money for your country. We have a loose change bucket and kids bring money in. Also, we are making tsunami bracelets to raise money too. I have made you one. I hope you like. It will continue praying for you and your country in In church”.

Your friend, Maggie

Itu adalah surat Maggie anak yang masih berumur 9 tahun, dia siswa SD di Charlevoix, Michigan Amerika Serikat. Ketika terjadi bencana Tsunami tahun 2004, dia berusaha mengirimkan surat ke anak-anak di Aceh. Karena tidak tahu harus ditujukan kepada siapa dan alamatya harus kemana, maka dia mengirimkan suratnya ke Gedung Putih (Kantor Kepresidenan Amerika). Surat tersebut akhirnya sampai juga ke Indonesia melalui Diplomat Indonesia yang sedang mengadakan kunjungan ke Amerika Serikat.

Sesampainya di Indonesia, atas perintah Presiden SBY surat tersebut akhirnya di bawa ke Aceh dan sampai ke seorang anak yang selamat dari bencana Tsunami, Nada Lutfiyyah siswa SD yang berumur 13 tahun. Anak yatim piatu yang pada waktu itu tinggal bersama saudara sepupunya di Banda Aceh. Setelah menerima surat dari Maggie Nada membuat surat balasan yang sangat mengharukan sekaligus mengirimkan ikatan rambut yang disisipkan dalam surat balasannya.

Surat tersebut dibawa oleh utusan presiden dan disampaikan ke Istana Negara. Di saat bersamaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan melakukan kunjungan ke Amerika Serikat, akhirnya beliau membawa surat balasan dari Nada untuk untuk disampaikan langsung ke Maggie di Amerika Serikat.

Pada Mei 2005 Presiden Bush mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden SBY di Oval Office. Usai pertemuan tersebut kedua pemimpin berbicara di depan media dan undangan. Diawali pidato Presiden Bush selama 3 menit, kemudian dilanjutkan dengan pidato Presiden SBY. Di pertengahan pidato beliau merujuk pada surat Maggie dan membacakannya. Selanjutnya beliau merujuk pada surat balasan Nada pada Maggie. SBY membaca surat Nada yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris.

 “My good friend, hello friend. My name is Nada Lutfiyyah. I was so happy and my heart was touched to receive the letter you sent us. My family…. My dad, mom older brother and younger brother… have disappeared, and now I live with my cousin. I am so glad you are paying attention to us here. I hope to receive your bracelet in coming days because I want to wear it on my arm to remind me that I have a new friend”.

Semua yang hadir, termasuk wartawan berlinang air mata. Seusai acara surat balasan Nada dibawa oleh Duta Besar Indonesia untuk Amerika ke sekolah Maggie. Maggie sendiri tidak menyangka suratnya mendapat balasan. Dia kini merasa memiliki hubungan emosional yang nyata dengan Indonesia yang selama ini hanya diketahui dari membaca.

Beberapa tahun kemudian. Tak disangka, kedua bocah yang dipisahkan jarak ribuan kilometer tersebut dipertemukan di Hotel Grand Melia, Jl Rasuna Said, Jakarta, Jumat 15 Agustus 2008. Maggie ke Indonesia atas undangan pemerintah Indonesia. Maggie yang ditemani kedua orang tuanya tampak begitu gembira ketika bertemu Nada. Begitu juga dengan Nada yang datang bersama saudaranya.

 

Dikutip dari, Dino Patti Jalal, Harus Bisa!, 2008

 



Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...