Selasa, 27 April 2021

LEBARAN TANPA MUDIK



Ramadhan 1442 Hijriyah sudah menapaki separuh jalan. Hari ini kita telah menyelesaikan puasa yang ke-lima belas. Biasanya ketika masuk ke pertengahan hingga akhir Ramadhan, konsentrasi masyarakat kita sudah terbelah dengan kegiatan menyambut lebaran. Bersih-bersih rumah hingga mengecat dindingnya, belanja berbagai kue hidangan lebaran maupun berburu diskon baju lebaran.

Memang lebaran tahun ini belum akan normal. Yang pasti sudah keluar larangan mudik dari pemerintah. Kemudian himbauan dari ormas keagamaan agar tetap menerapkan protokol kesehatan dalam merayakan idul fitri, serta membatasi silaturrahmi secara langsung hingga anjuran sillaturrahim lebaran melalui media virtual.

Idulfitri 1442 Hijriyah akan menjadi edisi kedua di musim pandemi. Kita sudah bisa menerka suasana lebaran tahun ini. Perayaan yang sepi dan tidak ada akan tradisi kunjung-mengunjungi rumah saudara maupun tetangga. Terlebih bagi yang memiliki saudara yang tinggalnya jauh di luar kota, mereka belum bisa melepas kangen dengan keluarga besar tercinta.

Lebaran di negeri kita sudah identik dengan mudik. Tradisi yang sudah lama dan menjadi “agenda” tahunan kaum muslim Indonesia. Tidak ada mudik sama artinya dengan merayakan hari raya versi yang tidak “sempurna”. Namun kita juga harus memahami alasan larangan dari pemerintah. Itu adalah tindakan preventif demi terkendalinya penyebaran virus (pandemi). Seperti berita yang akhir-akhir ini kita ketahui bersama. India saat ini sedang mengalami serangan “tsunami pandemi”. Menurut para pakar, hal ini terjadi karena aturan yang dilonggarkan. Protokol kesehatan tidak dijalankan dengan efektif. Masyarakat kembali beraktivitas dengan normal layaknya tidak sedang menghadapi ancaman penularan virus.

Perayaan lebaran tahun ini dipastikan memang tidak akan semeriah seperti sebelum masa pandemi. Namun seharusnya semua itu tidak mengurangi syukur kita. Faktanya kita masih tetap bisa beribadah meski dalam suasana yang serba terbatas. Lebaran dan halal bihalal sekadar tradisi, esensi dari ibadah puasa Ramadhan adalah jalan menuju derajat taqwa. Dan, ketika keluar Ramadhan kita menjadi insan baru yang bersih laksana terlahir kembali.

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...