Senin, 20 Juli 2020

ETIKA BERKOMUNIKASI

Seorang kepala sekolah marah-marah dalam kegiatan rapat dewan guru. Pokok permasalahannya sebenarnya sederhana. Dalam grup WhatsApp sekolah tersebut, sering kepala sekolah tidak mendapat jawaban dari guru-guru ketika menyampaikan sebuah informasi. Rupanya itu membuat kepala sekolah merasa tidak dihargai secara layak. Dia merasa harga dirinya sebagai seorang pemimpin diabaikan bawahannya.

Peristiwa kedua, ketika bertamu ke seoarang tokoh masyarakat yang terpandang di kampung, sesekali saya dibuat canggung, karena di tengah-tengah perbincangan saya melihat beliau sering membuka smartphonenya. Tampak serius melihat dan membaca beberapa pesan. Sekali tempo saya harus menunda pembicaraan menunggu beliau siap mendengarkan. Dalam hati timbul perasaan tidak enak, apakah saya datang di waktu yang tidak tepat.

Pada dasarnya semua orang memiliki keinginan mendapat respon yang bagus dari orang yang diajak bicara. Dalam komunikasi tidak bisa dipungkiri kita membutuhkan respek dari pihak lain. Ketika berbicara di depan orang kadang hilang mood kita ketika melihat audiens tidak memperhatikan apa yang kita bicarakan. Dan ini berlaku juga dalam komunikasi jarak jauh via media WhatsApp, Telegram, SMS dan platform yang sejenis. Kita berbicara bukan di ruang yang hampa. Ketika tidak ada timbal balik yang sejajar tentu menjadi sebuah masalah.

Penghargaan yang layak terhadap lawan bicara kita menandakan akhlaq yang mulia. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah ketika diajak bicara para sahabatnya. Beliau tidak sekadar menoleh namun menghadapkan wajah pada orang yang berkomunikasi dengan beliau. Ini menandakan penghargaan terhadap orang, siapa pun itu.

Lahiriyah menunjukkan apa yang ada di batin. Komunikasi yang baik dan penghargaan yang layak memang sifatnya mutlak. Semua orang patut mendapatkan perlakuan yang sama dalam komunikasi. Tidak sepantasnya penghormatan terhadap lawan bicara dinilai dari status sosial, kekayaan, jabatan atau atribut lainnya. Seorang atasan tidak akan terlihat rendah bila berkomunikasi dengan bawahan memakai bahasa halus bukan bahasa perintah. Seorang guru yang bertutur lembut kepada siswanya hakikatnya adalah penghargaan terhadap citranya sebagai pendidik dan bentuk keteladanan bagi murid-muridnya.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...