Sabtu, 03 September 2022

Samar-samar Gerakan Literasi

 



Percaya atau tidak bila budaya literasi kita memang benar-benar rendah?. Seorang pegiat literasi nasional dalam sebuah kesempatan menyampaikan sebuah bukti bahwa kita memang sedang berada di zona yang kritis. Katanya, di Jepang orang-orang biasa membaca saat berada di transportasi umum kereta api. Sedangkan di Indonesia, anak-anak muda berpacaran ketika berada di perpustakaan.

Kalau boleh jujur, sebenarnya kita hampir pesimis gerakan literasi di negeri kita bisa sukses. Tidak harus sama dengan negara-negara yang maju literasinya, untuk bisa membudayakan membaca rasanya bagai menegakkan benang yang basah. Membaca buku saat ini sudah tidak “populer” di kalangan dunia pendidikan. Apalagi di kalangan masyarakat umum.

Tetapi, gerakan memajukan literasi tidak boleh berhenti di tengah jalan. Semua hanya proses, biarkan semua berjalan dan tugas kita hanya mendorong tanpa pernah putus asa. Akan ada momentumnya entah kapan itu akan terjadi, budaya literasi di negeri tercinta kita akan meningkat dan bergairah kembali.

Biar samar-samar yang penting tetap bergerak dan maju. Selangkah pun tidak apa asal jangan berhenti lebih-lebih mundur lagi. Setiap gerakan akan membawa perubahan. Yang kecil jangan pernah dipandang sebelah mata, karena bila serpihan-serpihan dan potongan itu menyatu akan menjadi entitas yang besar dan memiliki energi luar biasa.

Masih beruntung kita yang masih menyadari dan berusaha untuk terus berbuat. Tidak hanya meratapi nasib sementara tidak mampu bertindak apa-apa. Optimis saja, akan tumbuh tanaman baru dari sekian banyak biji yang disemai dan disiram. Begitu pula buah dari ketekunan di dunia literasi.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...