Selasa, 02 November 2021

MENGAPA HARUS PAMER



Seorang pejabat diberhentikan dari kedudukannya dengan tidak hormat gegara istrinya pamer uang di “Tiktok”. Sebelumnya kita ketahui juga banyak selebritis yang rame-rame pamer kemewahan di media sosialnya. Meliput rumahnya yang seperti istana, mobil sportnya yang super mahal, hingga pakaian dan asesoris yang dikenakan serba merek terkenal dunia.

Apa mungkin sudah zamannya. Sesuatu yang dulu tabu kini seolah menjadi hal yang lumrah. Kini banyak yang tidak merasa malu menunjukkan banyaknya harta yang dimiliki. Bayangkan saja, mereka juga pamer saldo rekening yang jumlahnya miliaran tanpa merasa risih, bahkan kelihatan bangga.

Yang suka pamer ternyata banyak followernya, disanjung dan diidolakan. Kalau ada pihak yang mengkritik, tak tanggung-tanggung pemuja mereka siap pasang badan, mati-matian membela. Aneh memang, tapi itulah fenomena yang terjadi dalam masyarakat kita.

Betapa dalamnya jurang ketimpangan kehidupan orang kaya dan miskin di negeri tercinta kita. Yang berharta tak segan menghabiskan puluhan juta hanya untuk makan siang dengan keluarga dan teman-temannya. Sementara yang miskin terpaksa mengais sampah untuk sekadar bisa makan ala kadarnya. Dan yang lebih menyakitkan, mereka harus menyaksikan banyak orang kaya tak mau peduli dengan kesulitan mereka justru pamer dengan segala kemewahannya.

Memang harus kita akui, ada sebagian dari selebritis kaya yang gemar membantu orang-orang kecil termarjinal. Namun sebenarnya itu juga menguntungkan bagi mereka. Membantu orang miskin dikemas menjadi konten platform media sosial. Sehingga nampaklah bahwa mereka memiliki kepedulian. Mendapat banyak “like” yang pada akhirnya semakin banyak orang akan simpati dan semakin mengidolakannya.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...