Kamis, 10 September 2020

MENULIS DENGAN CARA BERTAHAP


Untuk membuat tulisan lima paragraf sehari atau sekitar 300 kata, sebenarnya bisa dikatakan gampang-gampang susah. Gampang ketika mood menulis sedang baik-baiknya dan ada banyak waktu luang karena pekerjaan sedang tidak banyak. Menulis begitu laju terasa tanpa hambatan yang berarti. Untuk menulis lima paragraf biasanya bisa selesai dalam waktu kurang dari satu jam duduk di depan laptop. Namun ketika semangat menulis sedang turun atau ketika sedang banyak kesibukan, untuk membuat lima paragraf biasanya tidak cukup sekali duduk. Terkadang sampai dua atau tiga kali melototi laptop baru bisa kelar lima paragraf yang direncanakan. Ini berdasar pengalaman pribadi belajar menulis selama ini.

Keingininan menulis yang kuat sesekali waktu terkendala dengan kemampuan menjabarkan ide-ide dalam bahasa tulisan. Sudah beberapa kali mengalami sendiri, ternyata untuk melatih menulis rutin lima paragraf sehari belum bisa terlaksana. Tulisan “mandeg” ketika masih dapat satu atau dua paragraf. Walau sebenarnya ini masih lumayan, setidaknya sudah mulai terbiasa menulis setiap hari meskipun belum mampu mencapai hasil yang ideal.Tentu setiap penulis memiliki cara yang berbeda ketika dalam kebuntuan mengungkapkan ide. Dalam situasi ini sebenarnya kita bisa menyiasatinya dengan menulis secara bertahap. Tidak perlu dipaksakan selesai dalam satu kali usaha, namun bisa dalam beberapa kesempatan menulis.

Lazimnya ketika hendak menulis sebuah judul essay atau artikel kita pasti sudah punya satu tema yang akan disajikan. Di pagi hari, kita mulai saja dengan mencatat dulu kerangka tulisan berupa draf. Mulai ketik saja semua apa yang ada di angan-angan. Biasanya dalam tahap ini saya mengabaikan keruntutan kalimat inti dengan kalimat-kalimat pembahasannya. Pokoknya menulis semua yang terlintas dalam pikiran. Yang diperlukan mengetik dengan lancar tanpa banyak membuat pertimbangan. Sering ejaan masih belum benar dan banyak kesalahan-kesalahan ketik, tapi biarkan semua itu terjadi karena masih berupa konsep dasar. Tidak perlu lama-lama menulis draf tulisan biasanya cukup dua puluh menit, kita sudah bunya gambaran apa yang harus diselesaikan nantinya.

Kita tinggalkan saja dulu tulisan yang sama sekali belum sempurna untuk dikatakan sebagai hasil karya. Karena masih berupa catatan-catatan yang belum bisa dipahami dengan jelas. Beralih saja ke aktivitas sehari-hari sebagaimana layaknya. Namun ingat, ada yang masih belum tuntas tulisan kita pagi ini. Ternyata otak kita terus bekerja untuk merampungkan ide yang belum kelar tadi. Biasanya dalam beraktivitas akan muncul lintasan-lintasan pikiran yang melengkapi gagasan kita yang belum tuntas itu. Catat semuanya dalam ketas ataupun memanfaatkan smartphone kita. Nanti bila ada kesempatan membuka laptop atau PC lagi, tinggal masukkan semua catatan tadi. Dan kini tulisan kita sudah setengah jadi meskipun belum terartur dan belum ada kesesuaian antara poin-poin yang kita catat tadi.

Langkah berikutnya kita sunting dengan membaca dengan saksama dan meresapi kalimat demi kalimat yang sudah tertulis. Biasanya kita akan segera menemukan kalimat-kalimat mana yang tidak sinkron di antara ketikan yang belum teratur tadi. Tinggal memilih kesesuainnya, proses “cuting” kalimat kemudian memindah dari satu paragraf ke paragraf lain ketika dirasa belum serasi. Terus, dibaca ulang lagi dengan mendalam. Dalam tahapan ini sering kita harus membuang kalimat yang dianggap tidak sesuai dan menggantinya dengan kalimat baru. Begitu proses editing ini kita lakukan sampai selesai. Bisa jadi proses menulis sampai di sini sudah selesai dan menjadi artikel lengkap jika merasa puas dengan hasil editing yang kita lakukan. Tapi bila masih merasa ada yang kurang, tidak masalah tinggalkan lagi laptop kemudian kembali ke aktivitas yang lain. Hasil tulisan tadi masih kita endapkan, ibarat air keruh dibiarkan sebentar, nanti akan mengendap kotorannya dan akan terlihat kejernihan airnya.

Selanjutnya, adalah langkah terakhir. Membaca kembali dan meyakinkan semua kalimat sudah sesuai dan maksud atau gagasan telah disampaikan secara utuh menyeluruh. Tinggal proses mengecek kesalahan ketik, kesalahan ejaan, tanda-tanda baca maupun kesalahan kecil lainnya. Kalau sudah semua dirasa tidak ada lagi kesalahan tinggal dipublish di blog, selesai. Yang saya uraikan di atas itu adalah sedikit pengetahuan dan pengalaman pribadi belajar menulis sampai sejauh ini. Sekadar menerapkan metode dari pembimbing kita (Dr.Ngainun Naim).

Silakan mencoba..

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...