Rabu, 23 Maret 2022

PENGALAMAN “ANEH” #2



Ketika saya merantau ke Papua tahun 1997 belum ada alat komunikasi seperti saat ini. Belum ada HP dan media sosial yang bisa menghubungkan orang dengan mudah dan cepat. Bila ingin berkomunikasi kita harus menggunakan telepon kabel yang biayanya relatif masih mahal. Atau bila ingin yang murah kita bisa menggunakan surat lewat kantos pos.

Bisa dikatakan selama dalam perantauan saya benar-benar putus komunikasi dengan teman-teman di Jawa. Hanya keluarga saja yang masih selalu terjalin komunikasi. Setelah enam tahun tinggal di Papua saya kembali ke kampung halaman. Bertemu kembali dengan teman-teman lama yang sempat saya tinggalkan. Meski hanya enam tahun ternyata banyak perubahan yang telah terjadi.

Perlahan semua hubungan dengan teman-teman terjalin dengan baik kembali. Namun “anehnya” ada satu teman perempuan yang ternyata lupa dengan saya. Memang dia bukan teman sekolah, tapi rumahnya sebenarnya juga tidak jauh dari tempat tinggal saya. Saya masih heran hingga kini, mengapa sama sekali dia tidak bisa mengingat saya.

Hingga kini kami masih sering bertemu meski kini tidak pernah saling sapa. Kami seperti dua orang yang belum saling mengenal, padahal dulu sering main bersama. Apakah waktu enam tahun bisa mengahapus ingatan, sehingga tak satupun peristiwa bisa mengingatkan dia dengan teman lamanya. Padahal banyak peristiwa tentang dia masih tersimpan baik dalam ingatan saya.

Namun begitulah kehidupan. Akan selalu ada momen yang kita tidak bisa mengerti mengapa semua bisa terjadi.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...