Kamis, 19 November 2020

MENCARI MAKNA HIDUP



Ibarat selembar kertas yang bersih, begitulah perumpamaan ketika kita lahir di dunia ini. Kemudian waktu membawa kita pada perjalanan hidup yang penuh warna. Selembar kertas yang tadinya kosong kini mulai banyak catatan sejarah kita. Ada kalanya tentang cerita penuh tawa, kesenangan dan kebahagiaan. Namun banyak juga terselip cerita pedih, perih dan duka nestapa. Itulah isi kehidupan dunia, semua pasti memiliki kisah bahagia dan kesedihan. Seandainya kita mampu membaca hati orang lain, niscaya di sana juga tersimpan banyak cerita pahit yang menggores jiwa.

Bagi orang yang orientasi hidupnya adalah materi, maka prinsipnya waktu adalah uang. Ia akan terjebak pada rutinitas kerja yang tiada ujungnya. Padahal kehidupan sehari-hari tidak harus selalu diisi dengan bekerja. Ada waktunya melakukan aktivitas lain terkait kesukaan terhadap hal tertentu, persahabatan, hobi, spiritualitas dan juga hiburan. Permasalahan hidup kita di dunia ini sangat kompleks. Banyak persoalan yang sebenarnya kita tidak mampu menyelesaikannya. Kemampuan akal dan daya pikir kita sangat terbatas, sementara ruang lingkup problem kita tidak terbatas.

Pada esensinya tujuan manusia hidup di dunia ini sama. Mencari kebahagiaan. Yang bekerja mengumpulkan segala harta benda duniawi karena alasan mencari kebahagiaan. Sedangkan kita sering lupa, kebahagiaan sebenarnya tidak semata dari banyaknya harta. Kebahagiaan itu tidak bergantung pada siapa Anda atau apa yang Anda miliki; kebahagiaan hanya bergantung pada apa yang Anda pikirkan. Jika kebahagiaan ukurannya harta, maka para miliarder adalah orang yang terbahagia di dunia, jika ukurannya popularitas maka para selebriti tentu paling bahagia, atau bila ukuran kebahagiaan adalah kekuasaan maka seharusnya para penguasa adalah manusia paling bahagia di dunia.

Tapi pada kenyataannya, kebahagiaan adalah milik semua orang. Siapapun bisa mengecap manisnya hidup bahagia. Sebagaimana kesedihan, semua bisa merasakan kesedihan tidak peduli siapapun dia orangnya. Si miskin papa bisa merasakan kebahagiaan meski hidupnya serba kekurangan. Dan si kaya raya pun bisa bersedih meski hidupnya serba ada dan berlimpah harta. Jadi, apapun kondisi yang Allah berikan kepada kita, semua adalah kebaikan untuk kita kalau hal tersebut menjadikan kita semakin mampu memaknai hidup.

Sangat penting kita menjaga keseimbangan hidup kita. Terlalu condong memandang duniawi, menjadikan kita menjadi orang yang materialis. Namun terlalu membenci urusan materi menjadikan kita mengabaikan kehidupan orang lain. Tidak peduli dengan kehidupan sosial. Hidupnya hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Tidak mampu menjadi manusia terbaik, yaitu manusia yang memberi manfaat bagi manusia yang lain. Jalan tengah menjadi pilihan yang ideal, ada masanya kita menganggap harta itu penting. Namun tidak menjadikan harta semata-mata tujuan hidup di dunia ini.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...