Senin, 02 November 2020

KRITIK UNTUK GENERASI MILENIAL

 



Seorang Ketua Umum partai politik di Indonesia beberapa waktu yang lalu melempar kritik ke generasi milenial. Beliau mempertanyakan apa sumbangsih generasi milenial kepada negara. Meskipun saya bukan simpatisan partai politiknya, tetapi sepertinya saya agak sependapat dengan kritik ini.  Mungkin ada benarnya juga kritik ini, meski juga tetap banyak yang kontra dengan kritik yang disampaikan tadi.

Definisi milenial atau sering disebut generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah generasi X. Mereka lahir pada kisaran 1980 hingga 2000-an. Atau bisa saja kita sebut generasi muda, ya karena mereka adalah orang-orang yang hari ini usianya masih di bawah 4o tahun. Kita sadari, apa yang dihadapi generasi sekarang beda dengan generasi terdahulu. Generasi sekarang menghadapi zaman yang rumit, zaman digital yang penuh dengan hiruk pikuknya.

Sebenarnya bukan cuma generasi muda saja. Korban dunia digital adalah masyarakat secara umum. Hampir semua orang telah menggunakan piranti digital dalam komunikasi smartphone berbasis android. Kemajuan teknologi ternyata secara umum tdak menjadikan generasi muda kita lebih giat belajar namun justru menjadikan mereka lalai dan menjadi korban kemajuan itu sendiri. Mudahnya mengakses informasi tidak menjadikan pelajar kita kreatif, justru budaya copy paste dalam dunia pendidikan makin marak. Belum lagi dunia kriminal semakin menjadi-jadi. Penipuan dengan modus yang beragam sering kita saksikan dalam berita kriminal setiap harinya.

Ternyata teknologi yang semakin maju tidak menjadikan manusia lebih manusiawi. Manusia modern semakin kehilangan sisi-sisi humanisnya. Khususnya pada kemajuan teknologi informasi justru banyak melahirkan generasi penghujat, penghina, dan pengecut. Mereka lantang dan gagah di dunia maya namun tidak memiliki keberanian di dunia nyata. Mereka pandai mengkritik, namun sebenarnya tidak banyak yang mampu berbuat apa-apa. Banyak anak muda yang hidupnya terbelenggu dalam cengkeraman gadget. Sehingga ia menjadi manusia egois yang yang tidak peduli dengan orang lain dan lingkunganya.

Namun masih ada juga generasi milenial yang kaya prestasi. Banyak lahir interpreneur muda yang memberi sumbangsih bagi kemajuan bangsa. Masih ada harapan di tengah-tengah arus kemajuan zaman yang telah banyak meruntuhkan sendi-sendi kearifan budaya bangsa kita. Dan selayaknya kita harus tetap optimis.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...