Rabu, 19 Mei 2021

Kehilangan Jati Diri



Dulu sewaktu masih kecil ketika masih di bangku Madrasah Ibtidaiyah, ada pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Yang masih saya kenang dari guru kami, dulu sering bercerita: "Bangsa kita dikenal di dunia sebagai bangsa yang santun, ramah dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan". Yang tertanam dalam jiwa kami dulu adalah rasa bangga sebagai orang Indonesia.

Hari ini rasa bangga saya sedikit luntur manakala melihat realitas yang ada. Kita lihat saja dengan sopan santun dalam masyarakat. Terlebih di lingkungan perkotaan, hampir tidak kita temukan lagi orang yang memiliki kerendahan sikap dan tutur kata yang baik. Di tempat-tempat umum seperti terminal, pelabuhan atau pasar serasa kita di tengah rimba yang tidak aman. Kita harus waspada dengan bawaan kita yang berharga, karena lengah sedikit pasti akan raib.

Tolong menolong dalam masyarakat seakan sudah sulit kita temukan. Hampir semua sudah dilandasi dengan materi. Artinya orang mau menolong karena ada imbalan yang ia dapatkan. Dulu di kampung kehidupan saling menolong menjadi hal yang lumrah. Ketika seseorang sedang mengerjakan pekerjaan berat, tanpa diminta orang-orang di sekitar rumah (tetangga) akan berdatangan membantu. Dan tidak ada upah sama sekali, sekadar mendapat makan ala kadarnya.

Krisis kehilangan jati diri hampir menyebar ke seluruh dimensi kehidupan bangsa kita. Bidang politik, sosial, budaya bahkan pendidikan. Kita seakan menjadi bangsa yang “berbeda” dalam arti negatif. Secara pembangunan fisik (infrastruktur) kita memang mengalami kemajuan. Tapi secara nilai kemanusiaan justru kita sedang mengalami kemunduran.

Kalau diibaratkan perahu besar yang sarat penumpang, kita seperti tidak memiliki tujuan yang jelas. Bahkan yang terjadi sesama penumpang dalam perahu saling bertengkar dan permusuhan. Masing-masing berusaha menjadi yang paling kuat dan menyingkirkan yang lain. Senang bila melihat orang lain menderita, dan sedih jika melihat orang lain bahagia. Kita sedang menunggu “Revolusi Mental” dalam artian yang sesungguhnya, bukan semata semboyan kosong yang menjadi pemanis bibir politisi.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...