Sabtu, 09 Oktober 2021

MENJAGA LISAN



Tidak semua yang kita ketahui bisa dikatakan atau ditulis. Terkadang sesuatu yang benar menjadi salah ketika diucapkan. Ada sisi kepantasan, menjaga kebaikan diri sendiri dan orang lain serta pertimbangan kebijaksanaan.

Jujur dalam berkata tidak bisa dimaknai selalu mengatakan apa yang diketahui dan dialami. Karena bila seseorang selalu berkata tentang apa yang dilihat, didengar ataupun dirasa itu menandakan kepribadian yang ceroboh.

Kerendahan seseorang diketahui melalui dua hal, banyak berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna, dan bercerita padahal tidak ditanya. Begitu kata filsuf kenamaan Plato.

Banyak berkata banyak salahnya, banyak salahnya akan menjerumuskan pada dosa. Pun demikian dalam berkata-kata. Menjaga lisan tidak lebih mudah dari menjaga kekang kuda. Kuda yang berlari kencang masih bisa dikendalikan dengan menarik talinya. Akan tetapi lidah yang berbicara bebas tak akan bisa ditarik lagi semua yang dikatakannya.

Selamatnya insan karena lisan yang terjaga. Sebaliknya celakanya manusia sering akibat lisannya yang tidak terjaga. Beratnya menjaga lisan. Buktinya sudah berapa orang yang telah masuk bui karena lisannya yang tajam. Dan kiranya tak perlu lahir UU ITE bila lidah dan jari kita terjaga.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...