Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam adalah teladan sempurna bagi umatnya sepanjang zaman. Beliau adalah
sosok panutan yang tidak memiliki cela, kesempurnaan akhlaqnya diabadikan dalam
Al-Quran ٍSurat Al-Ahzab Ayat 21;
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Sebagai pemimpin umat beliau adalah pemimpin yang paling adil dan
paling amanah, sebagai suami beliau adalah suami yang paling baik terhadap
keluarga, isteri dan anak-anaknya, sebagai pedagang beliau adalah pedagang
yang paling jujur.
Sebagaimana dijelaskan oleh oleh Syaikh Shafiyur Rahman
Al-Mubarakfuri dalam kitabnya, Nabi Muhammad SAW lain daripada yang lain karena
kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya, yang selalu disampaikan pada
kesempatan yang paling tepat dan di tempat yang tidak sulit diketahui, lancar, jernih kata-katanya, jelas
pengucapan dan maknanya, disisipi kata-kata yang luas maknanya, mengkhususkan
pada penekanan-penekanan hukum.
Beliau seorang yang lembut, murah
hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan saat memegang kekuasaan dan sabar
saat ditekan. Ini semua merupakan sifat-sifat yang diajarkan oleh Allah. Sayyidatina
Aisyah berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam harus memilih
di antara dua perkara, tentu beliau memilih yang paling mudah di antara
keduanya, selagi itu bukan suatu dosa. Jika suatu dosa, maka beliau adalah
orang yang paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk dirinya sendiri
kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah, lalu beliau membalas
karena Allah.
Di antara sifat kemurahan hati dan
kedermawanan beliau yang sulit digambarkan, bahwa beliau memberikan apa pun dan
tidak takut menjadi miskin. Jabir berkata, “Tidak pernah beliau diminta
sesuatu, lalu menjawab, “tidak”.
Beliau orang yang tegar dan tidak
bisa diusik, terus maju dan tidak mundur atau gentar. Siapa pun orang pemberani
tentu akan lari menghindar dari hadapan beliau. Ali Bin Abi Thalib berkata,
“Jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Tak seorang pun yang lebih dekat
jaraknya dengan musuh selain beliau.
Beliau tidak pernah lama memandang
ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah
daipada ke arah langit, pandangannya jeli, tidak berbicara langsung di hadapan
sesorang yang membuatnya malu.
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam adalah orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur
perkataannya dan paling berat amanatnya. Sebelum nubuwwah beliau sudah dijuluki
Al-Amin (orang yang terpercaya), sebelum Islam dan masa Jahiliyah beliau juga
ditunjuk sebagai pengadil.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
adalah orang yang paling tawadhu’ dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau
tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut kedatangannya seperti
yang dilakukan para raja. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk bersama
orang-orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya. Beliau biasa menambal
terompahnya, menjahit bajunya, melaksanakan pekerjaan dengan tangannya sendiri
seperti yang dilakukan orang di rumahnya sendiri.
Beliau adalah orang yang selalu
memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap
lemah lembut terhadap orang lain, paling bagus pergaulannya, paling lurus
akhlaqnya, paling jauh dari akhlaq yang buruk, tidak pernah berbuat kekejian
dan menganjurkan kepada kekejian, bukan termasuk orang yang suka mengumpat dan
mengutuk, tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa tetapi memaafkan dan
lapang dada, tidak membiarkan sesorang berjalan dibelakangnya, tidak
mengungguli pembantunya dalam masalah makan dan pakaian, tidak pernah membentak
pembantunya dan tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya.