Senin, 09 Agustus 2021

PEMIMPIN DAN DUNIA MENULIS



Soekarno sejak kecil dikenal sebagai anak yang rajin membaca buku. Tak salah bila dia disebut sebagai kutu buku. Ketika remaja beliau sudah aktif menulis. Bisa dibayangkan menulis pada masa itu, tentu amat berbeda dengan saat ini. Menulis masih menggunakan alat sederhana tanpa menggunakan alat bantu yang memadai. Jangankan komputer, mungkin mesin ketik saja masih langka. Namun semua itu tidak menjadi penghalang bagi Soekarno muda untuk menulis.

Presiden Soekarno selain dikenal sebagai pemimpin besar juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Banyak karya yang telah beliau hasilkan, di antaranya; Pertama, Indonesia Menggugat (Imperialisme dan Kapitalisme, Imperialisme di Indonesia, Pergerakan di Indonesia, Partai Nasional Indonesia) adalah pidato pembelaan yang dibacakan oleh Bung Karno pada persidangan di Landraad, Bandung (1930).

Kedua, Dibawah Bendera Revolusi. Ini mungkin buku yang paling terkenal dan komplit. Buku ini disebut-sebut terdiri dari 4 jilid, namun yang sering kita dapatkan hanya 2 jilid. Isinya 20 pidato peringatan 17 Agustus Presiden Soekarno selama 20 tahun, tahun 1946 hingga 1964.

Ketiga, Mencapai Indonesia Merdeka. Buku ini ditulis sebagai respon atas tulisan Profesor Veth “Bahwa Indonesia tidak pernah merdeka, dari zaman purbakala sampai sekarang. Indonesia akan tetap menjadi negara jajahan, yang semula jajahan Hindia lalu dijajah Belanda”. Buku singkat namun padat ini membawa kita pada tahun 1920-1933

Keempat, Sarinah. Buku ini tebalnya 329 halaman. Berisi kumpulan materi kursus wanita dalam berjuang dan berpolitik (1963), wanita bukan berarti harus selalu berada di belakang. Sebagaimana kita ketahui, di zaman penjajahan dahulu wanita perannya terbatas hanya dalam lingkungan rumah saja.

Bagaimana dengan para pemimpin saat ini?. Dengan sumber daya manusia yang mungkin lebih terdidik dan fasilitas yang serba modern ternyata tidak serta-merta menjadikan para pemimpin menjadi produktif menulis. Ketika Presiden Soekarno telah wafat, karya-karyanya masih hidup di tengah-tengah kita. Menulis menjadikan penulisnya panjang umur dan akan dikenang oleh orang dalam masa yang panjang.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...