Sabtu, 02 Januari 2021

KILAS BALIK BELAJAR MENULIS



Tahun 2020 yang telah berlau membawa beribu kenangan yang tak akan terlupakan. Tahun yang identik dengan cerita pilu pandemi dan banyak kisah sedih yang menghari biru. Namun tahun 2020 juga awal mula kami memulai belajar menulis. Tahun terbentuknya grup “Ma’arif Menulis” yang anggotanya dari berbagai kalangan, bukan hanya guru tapi juga ada dosen, mahasiswa, pengawas pendidikan, pengurus Ma’arif dan unsur lainnya.

Bila harus kilas balik tahun (2020) yang kemarin, saya mesti jujur mengakui bahwa tahun 2020 adalah titik awal memulai menekuni dunia literasi. Berlatih dan terus belajar menulis. Beruntung, dalam grup kami banyak yang memiliki kemampuan menulis yang sudah bagus, sehingga sedikit banyak itu memudahkan proses belajar. Seperti apa yang sering saya dengar, kemampuan menulis yang baik tidak mungkin diperoleh dengan cara yang instan. Ada rangkaian proses panjang yang harus dilalui. Dan saya sadar serta memahami semua itu memang benar.

Sampai saat ini terus mencoba setia mengikuti proses belajar. Terus berusaha produktif menulis meski terkadang tulisan tampil ala kadarnya. Seperti kata sahabat kami Pak Nurhadi yang baru publish artikelnya sesaat yang lalu, “Melukis Mimpi di Halaman 2021”. Apa yang telah dilakukan tahun kemarin harus terus dilanjutkan di tahun ini. Karena semua belum selesai dan janganlah berhenti dengan alasan apapun. Sekali layar terkembang, pantang surut biduk ke pantai.

Semangat menulis yang saya rasakan masih sama seperti yang kemarin. Tidak jauh berbeda ketika awal mencintai dunia menulis. Kalaupun ada masanya turun, biasanya akan segera tumbuh lagi. Seperti semaraknya benih yang tumbuh terkena siraman hujan pertama kali. Atau mirip dengan perasaan remaja yang berbung-bunga ketika mulai mengenal cinta. Begitulah saya menggambarkan aktivitas belajar menulis sejauh ini.

Nekat saja prinsipnya, kata Prof Naim. Menulis membutuhkan ritme yang terus mengalir seperti mata air. Bila kita menulis terlalu banyak berpikir, yang terjadi adalah macet di tengah jalan. Sering di saat kita ingin menampilkan tulisan dengan sempurna, justru yang terjadi adalah, tulisan tidak akan pernah selesai. Yang penting terus menulis dengan percaya diri dan membuat senang, melegakan perasaan dan menjadikan setiap hari terasa semakin bermakna.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...