Sabtu, 30 Oktober 2021

MEMULIAKAN ORANG



Kita sering salah membuat penilaian terhadap orang lain. Parameter kita dalam menilai orang sering terbatas pada hal-hal yang bersifat materi. Tentu hal ini sudah menjadi kelaziman dalam masyarakat. Hampir semua orang ketika bertemu dengan orang yang penampilannya memukau secara reflek gesturnya akan memberi penghargaan atau penghormatan.

Tidak ada yang mendebat lagi, bila kita sebenarnya lebih memandang apa yang tampak oleh mata dibanding apa yang tidak terlihat. Sudah menjadi kebiasaan bila bertemu dengan pejabat, orang kaya atau tokoh ternama seseorang akan menampakkan sifatnya yang ramah. Bandingkan bila berjumpa dengan orang biasa, mengapa begitu berbeda sikapnya.

Menganggap jabatan dan harta sebagai puncak kemuliaan jelas keliru. Menjadi pemuja harta dan pemburu pangkat pada akhirnya akan masuk dalam kubang kehinaan. Nyatanya yang dipuja dan dan dikejar itu tidak menjadikannya ia kekal di dunia. Bahkan sejarah mencatat berapa banyak yang hidupnya berakhir dengan kepiluan.

Banyak yang terjebak merendahkan orang hanya karena ukuran fisik atau atribut yang disandangnya. Padahal, “Merendahkan orang lain saat kau tinggi, akan membuat kau berjalan dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah”. Begitu kata seorang motivator Jamil Azzaini.

Menghormati orang tidak menjadikan kita menjadi hina, justru itu menunjukkan ketinggian akhlak seseorang. Tidak selamanya kemuliaan seseorang bisa dilihat dari penampilan fisiknya atau tinggi jabatan yang dia miliki. Bahkan tidak sedikit yang memiliki jabatan tinggi ternyata akhlaknya ternyata rendah.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...