Ada yang mengatakan jangan banyak-banyak berdoa, karena Allah itu Maha Mendengar, berdoalah sekadarnya saja karena Allah sangat mengerti apa yang kamu minta. Sementara ada juga yang mengatakan kita harus selalu berdoa dan mengulangnya, itu menunjukkan sisi lemah kita sebagai hamba. Semua wajib kita minta, karena kita tidak memiliki apa-apa selain pemberian Allah. Oleh karena itu sampaikan pada-Nya dzat yang memiliki segalanya.
Tersebutlah sebuah kisah. Suatu ketika Nabi Musa alaihissalam sakit. Kemudian beliau berdoa kepada Allah agar diberi kesembuhan. Selanjutnya Allah memerintahkan Musa untuk pergi ke sebuah bukit. Untuk mengambuil sebuah daun tertentu untuk obat sesuai petunjuk Allah. Seketika setelah mengunyah daun tersebut sakit yang dialami Nabi Musa alaihissalam sembuh. Beberapa waktu kemudian Nabi Musa alaihissalam mengalami sakit yang serupa. Bergegaslah Ia ke bukit mengambil daun obat, kemudian mengunyah seperti apa yang dia lakukan dulu. Ternyata sakitnya tidak sembuh.
Kemudian Nabi Musa mengeluh kepada Allah, perihal mengapa sakitnya tidak kunjung sembuh, padahal sudah menggunakan obat yang sama sesuai petunjuk Allah. Dalah kisah tersebut Allah mewahyukan ke Musa; Pada saat sakit yang pertama kamu (Musa) berdoa dan minta petunjukku, sedangkan pada saat sakit yang kedua kamu tidak minta petunjukku. Kesimpulan kisah tadi, Musa sembuh atas izin Allah dari doa yang dia panjatkan. Bukan karena daun yang digunakannya untuk mengobati sakitnya.
Tidak ada jaminan seseorang selalu lurus di jalan Allah. Sekalipun dia orang yang banyak ilmu dan ibadahnya. Makanya setiap shalat kita selalu berdoa, meminta ditunjukkan jalan kebenaran, jalannya orang yang mendapat nikmat Allah. Selalu berdoa dan tidak pernah meninggalkan doa, karena itu adalah perintah Allah. Doa bukan untuk mengatur kehendak-Nya, karena pada hakikatnya setiap kehendak dan pemberian-Nya adalah yang terbaik bagi hamba-Nya. Meskipun sering kali karena keterbatasan ilmu, kita tidak mampu memahami anugerah Allah. Bahkan acapkali belum ridha dengan taqdir yang terjadi.
boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah-216)