Rabu, 15 Juli 2020

TENTANG MENULIS (LAGI)

Sambil antri menunggu pengumpulan berkas-berkas tuprof guru sepertinya sayang kalau waktu terbuang percuma. Saya buka smartphone dan masuk note. Satu kata dua kata mulai mengetik. Memang mengetik di HP hasilnya akan sedikit berantakan, harus diedit lagi di laptop biar lebih rapi. Mencoba istiqamah menulis sehari lima paragraf. Tidak tahu harus menulis apa? Ya...yang penting menulis.

Membiasakan menulis juga membutuhkan latihan. Jatuh dan bangun, semangat kadang timbul tenggelam. Seperti laut terkadang ombak menggelora namun di lain waktu tenang. Ada waktunya pasang dan surut. Begitu pula energi dalam menulis, terkadang berapi-api namun terkadang dingin membeku.

Kadang untuk membangkitkan semangat menulis, saya me-review kembali hasil tulisan di blog...hemmm ternyata lumayan banyak. Dulu ketika awal memulai menulis di blog untuk judul pertama kebingungan harus menulis apa?? Tidak terasa sudah lumayan sebanyak ini hasilnya. Hal yang melandasi rasa syukur saya, ternyata proses belajar menulis terus berjalan sejauh ini.

Membaca sering membangun ide baru menulis. Atau merenung di saat sendiri terkadang melahirkan gagasan baru untuk ditulis. Mungkin memang harus dilatih berpikir sehingga selalu muncul bahan yang bisa kita tuangkan dalam sebuah karya tulis. Sepertinya penulis adalah pemikir memang sebuah keniscayaan. Tanpa berpikir tidak akan ada kreasi.

Ini adalah paragraf kelima hari ini, terkadang hasil menulis dangkal makna seperti ini, hampa isi. Pembaca akan kecewa apa manfaat membaca tulisan seperti ini. Namun ini adalah jalan panjang menempa diri terus berlatih menulis. Setidaknya menumbuhkan kepercayaan diri bahwa menulis lima paragraf bisa kita “dawamkan” selama ada niat dan kesungguhan hati.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...