Jumat, 13 November 2020

GUS MUS, KIAI BUDAYAWAN (2)

 

Semua tentu sepakat, Gus Mus adalah sosok multikreatif. Beliau juga penulis yang sangat produktif. Puluhan buku telah beliau terbitkan. Sebenarnya bakat menulis diperoleh dari ayahnya, KH. Bisri Mustofa. Ayah beliau adalah salah satu ulama terkenal pada waktu itu yang juga gemar menulis. Salah satu hasil karyanya yang hingga sekarang masih sering dikaji ialah Kitab Tafsir Al Ibriz. Bakat menulis KH. Bisri Mustofa juga tampak dalam penerjemahan kitab-kitab klasik semisal: Fath al-Mu’in, Alfiyah Ibnu Malik, Al-Iktsir dan Al-Baiquniyah.

KH. Bisri Mustofa juga sangat berpengaruh pada watak Gus Mus yang kreatif, bebas dan mencintai berbagai karya seni. Watak bebas namun bertanggung jawab memang diterapkan pada semua keluarga dan keluarga KH. Bisri Mustofa. Sebuah prinsip yang diajarkan Ayahanda Gus Mus adalah semua boleh bebas asal tidak meninggalkan kewajiban pokok. Inilah yang menjadikan jiwa seni Gus Mus mampu berkembang dengan baik.

Gus Mus adalah figur penulis besar yang handal, sama halnya seperti ayah beliau. Menurut Gus Mus, salah satu tujuan menulis adalah untuk mencari penghidupan bagi keluarganya. Beliau tidak segan mengakui hal itu, karena itu bukan suatu hal yang keliru. Kalau saya, menulis itu dengan niat nyambut gawe. Etos saya dalam menulis sama dengan penjahit. Lihatlah penjahit itu, walaupun ada tamu, penjahit tidak akan berhenti menjahit. Dia menemui tamunya sambil terus bekerja, soalnya bila dia berhenti menjahit, periuknya bisa ngguling. Saya juga begitu, kalau belum-belum sudah niat yang mulia-mulia, setan akan mengganggu dan pekerjaan tak akan selesai. Lha, nanti kalau tulisan sudah jadi, dan akan diserahkan kepada peberbit, baru kita niat yang mulia-mulia, linasyril ‘ilmi atau apa. Setan perlu kita tipu. Itulah pernyataan Gus Mus tentang aktivitas menulis yang beliau tekuni.

Menulis dengan niat untuk memenuhi nafkah bagi keluarga adalah sebuah kemuliaan. Dan itu telah dibuktikan oleh penulis besar seperti Gus Mus. Pada hakikatnya tujuan mulia menulis untuk menyebarkan gagasan dan ilmu juga bisa berjalan seiring dengan niat yang lain.

Jejak Kiai Bisri Mustofa sebagai penulis besar telah dilanjutkan oleh putra beliau, Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus). Unik memang, nama yang mirip karena hanya dibalik saja. Dan yang lebih menarik lagi putra Gus Mus namanya adalah Bisri Mustofa, nama kakeknya. Semoga menjadi nama keberkahan yang akan terus berlanjut sampai ke generasi mendatang. Menjadi tokoh-tokoh penerang umat yang kehadirannya akan selalu dinanti.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...