Puasa bukan sekadar memindah waktu kebiasaan makan dan minum pada malam hari. Puasa adalah ketaatan seorang hamba. Ketika bulan suci Ramadan tiba, mereka yang beriman akan terpanggil untuk menunaikan ibadah puasa sebagai bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada sang Khaliq.
Bagi umat Islam yang aktivitas kerjanya tidak memerlukan energi yang besar, menjalankan ibadah puasa pasti tidak ada masalah, ringan-ringan saja. Berbeda dengan mereka yang dituntut dengan pekerjaan berat yang menguras tenaga, puasa akan terasa berat. Para pemain profesional sepak bola misalnya, mereka harus menjalani jadwal bermain yang padat karena tengah berada di ujung kompetisi.
Karim Benzema, Mumammad Salah, Hakim Ziyech maupun Sadio Mane adalah nama-nama bintang pemain sepak bola muslim yang kini menjadi “tulang punggung” klub masing-masing. Mereka juga dikenal sebagai seorang muslim yang rajin beribadah. Di saat kompetisi sepak bola di eropa hampir menyelesaikan putaran keduanya, tuntutan agar para bintang bermain secara totalitas tentu adalah hal wajar. Tapi di sisi lain sebagai seorang Muslim mereka juga punya kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa.
Sebagai pemain Profesional yang beridentitas Muslim, banyak di antara mereka tetap menjalankan rukun Islam yang keempat ini (puasa) meski bersamaan dengan jadwal pertandingan. Dan beberapa klub sepak bola di inggris juga memberi izin pemainnya tetap menjalankan ibadah puasa, sebagai bentuk toleransi dan kebebasan menjalankan ibadah.
Patut menjadi pelajaran bagi kita umat Islam. Suatu kebanggaan, karena para profesional di dunia olah raga masih mampu berpuasa. Mereka yang memiliki rutinitas fisik yang berat ternyata memiliki kemauan yang besar untuk tetap menjalankan ibadah puasa. Sementara masih banyak saudara seiman kita tidak “mampu” menjalankan puasa padahal pekerjaan yang mereka lakukan bukan katagori yang berat. Tentu ini sebuah ironi.